Terumbu Karang Demi Anak Cucu

By , Rabu, 15 Juli 2015 | 16:00 WIB
!break!

Para murid akhirnya paham plastik bisa menutup terumbu karang dan sampah mengotori laut. Terumbu karang tak mungkin hidup di laut yang kotor.

Andi dan para guru lain yakin bahwa ajakan kepada murid salah satu cara efektif mengampanyekan konservasi terumbu karang. Para murid yang sudah paham akan menyebarkan pemahaman mereka ke rumah dan lingkungan masing-masing.

Dengan demikian, kampanye itu menyebar secara perlahan dengan cara paling mengikuti pola komunikasi masyarakat setempat. "Dari murid ke temannya, ke keluarganya, lalu semakin banyak yang tahu," ujarnya.

Selain ajakan, warga Kepulauan Tambelan juga membentuk kelompok-kelompok penjaga terumbu karang. Anggota kelompok itu akan sigap mendatangi dan mengusir kapal yang kedapatan menggunakan pukat di dekat wilayah konservasi terumbu karang. Mereka juga akan menegur orang yang sembarangan beraktivitas di dekat perairan tempat transplantasi terumbu karang.

"Ada insentif, sekadar untuk beli pulsa telepon. Namun, mereka tak keberatan karena merasakan manfaat menjaga terumbu karang," ujar Ansar.

Setelah bertahun-tahun menumbuhkan kembali dan menjaga terumbu karang, warga mulai mendapat manfaatnya. Ikan-ikan karang dan permukaan kembali banyak. Nelayan tidak terlalu jauh mencari ikan.

Warga juga secara sukarela meninggalkan cara tangkap tidak lestari. Mereka tetap menggunakan jaring, tetapi menghindari pukat. Tidak ada lagi penggunaan bom dan racun ikan di perairan Tambelan. "Jangan coba-coba pakai bom ikan di Tambelan. Kami kejar ke mana pun perginya," ujar Romadi, warga Tambelan.

Memang masih ada warga yang membuang sampah ke laut. Namun, tempat pembuangan dibatasi di perairan dan sisi tertentu pulau. Wilayah lain terus dijaga agar bebas dari sampah.

Warga perlahan diajak menyadari, bagian terbesar dari wilayah Bintan adalah laut. Selama dijaga, laut akan terus bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. "Dari dulu Tambelan ditakdirkan bersahabat dengan laut. Kiri-kanan depan-belakang kami laut. Bukan tanah lebar-lebar seperti di Sumatera dan Jawa. Kami harus menjaga laut dan isinya agar kami dijaga laut," ujar Romadi.

Romadi dan banyak warga Kepulauan Tambelan sadar, mereka cuma meminjam laut dari anak cucu. "Namanya pinjaman harus dijaga, dikembalikan dalam keadaan baik. Tidak susah dan macam-macam, menjaga terumbu salah satu caranya," tuturnya.