Manis Diambil Sepah Dibuang: Nestapa Prajurit KNIL Maluku di Belanda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 23 November 2021 | 17:00 WIB
Monumen KNIL di Ereveld Pandu, yang menampilkan serdadu dengan klewang dan karabin. Mereka yang mayoritas berasal dari Maluku terpaksa harus ke Belanda demi membela Ratu. Tetapi usaha mereka dipandang sebelah mata, dan harus tetap berjuang hingga kini. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Ketika Indonesia merdeka tahun 1945, banyak kalangan orang Hindia Belanda sendiri tidak mau mengakui kemerdekaan itu dan lebih mempercayakan pemerintah di tangan Belanda.

Selain mereka lebih memilih setia pada Ratu, kondisi yang berkecamuk menjelang dan pasca kemerdekaan membuatnya memilih untuk migrasi ke Belanda.

Bukan karena pilihan, kebanyakan yang berpindah ke Belanda berasal dari kalangan KNIL, yang mayoritas adalah orang Maluku. Lembaga militer tanah koloni ini telah berdiri sejak abad ke-19 dan dikenal dengan kesetiannya pada Belanda.

Prajurit ini digunakan Belanda untuk menancapkan kembali koloninya di Indonesia setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia. Pandangan ini membuat orang Maluku dipandang sebagai pengkhianat dan disamakan dengan orang Belanda yang menjajah.

Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1949 atas tekanan internasional. Lewat Konferensi Meja Bundar (KMB) Indonesia dibuat dengan bentuk serikat agar memiliki otonomi tertentu, yang salah satunya adalah Republik Maluku Selatan (RMS).

Sebenarnya Mantan Perdana Menteri Belanda Pieter Sjoerds Gerbrandy berjanji kepada Maluku Selatan, agar mewujudkan kedaulatan merdeka Maluku Selatan.

Halaman berikutnya...