Sekitar setahun kemudian, dia yang sedang bersembunyi dalam pelayaran menuju Lisbon, Portugal, menemukan dirinya sudah ditunggu oleh petugas kepolisian setempat atas kejahatan yang dilakukannya di Afrika. Namun saat itu dirinya berhasil lolos ke Amerika Serikat.
Pada 1928, Panzram ditangkap karena serangkaian perampokan dan dipenjara di Washington, DC. Setelah sipir menemukan bahwa ia telah mencoba untuk melarikan diri, para penjaga memborgol dan menggantung dia serta memukulinya dalam kondisi sadar.
Merasa kasihan pada Panzram, seorang penjaga berusia 26 tahun Henry Lesser membelikannya makanan dan rokok. "Tidak ada yang pernah baik kepadanya dalam hidupnya," kata John Borowski, yang menyutradarai film dokumenter tahun 2012 “Carl Panzram: The Spirit of Hatred and Vengeance”.
Seiring waktu, mereka menjadi teman. Setiap hari, Lesser memberikan Panzram pensil dan beberapa lembar kertas, meyakinkan dia untuk menulis kisah hidupnya.
Panzram dijatuhi hukuman 25 tahun di Lembaga Pemasyarakatan di Leavenworth, Kansas. Di sana, dia menghancurkan tengkorak mandor laundry Robert Warnke dengan batang besi. Aksi ini menggiringnya pada ancaman hukuman mati. Di mana dia menolak upaya kelompok hak asasi manusia untuk menghindarkannya dari tiang gantungan.
Panzram mendapat kematian yang diinginkannya pada bulan September 1930. "Cepat, bajingan Hoosier!" Panzram menyuruh algojonya. "Aku bisa membunuh 10 orang saat Anda sedang bermain-main!"
Lesser menjaga tulisan Panzram, tapi penerbit tidak nyaman dengan naskah grafis sampai tahun 1970, ketika naskah tersbeut diterbitkan sebagai “Killer: A Journal of Murder.”
Baca juga: Kode Rahasia ala Ratu Elizabeth II Melibatkan Tas
"Orang itu benar-benar penulis yang sangat luar biasa," kata Joe Coleman, yang melukis halaman sampul untuk buku tersbeut.
“Dia mencoba untuk mengajarkan generasi masa depan utnuk tidak menciptakan lebih banyak monster seperti dia," kata Borowski.