Nasib Anak-Anak Saat Bom Atom Menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki

By Galih Pranata, Sabtu, 20 November 2021 | 15:18 WIB
Seorang anak di Hiroshima , menangis pasca ledakan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. (Medium)

Nationalgeographic.co.id—Peristiwa mengerikan terjadi di hari senin yang cerah, saat para penduduk Hiroshima telah memulai aktivitasnya. Semuanya seketika berubah, pada 6 Agustus 1945, pukul 08.15 pagi waktu Hiroshima, bom seberat 4 ton dijatuhkan.

Ledakan hebat dan kehancuran terjadi. Radiasi dalam jangkauan yang luas memberikan imbas mengerikan kepada penduduk kota. Warga Hiroshima telah menjadi korban keganasan bom nuklir.

Selang 3 hari berikutnya, di hari kamis, 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan. Amerika Serikat menginginkan tujuan politiknya tercapai, saat Jepang menyatakan menyerah pada Perang Dunia Kedua.

Kepentingan politik itu hanya memberikan dampak terburuk sepanjang sejarah kemanusiaan. Sekitar 140.000 penduduk Hiroshima tewas, dan sekitar 74.000 penduduk Nagasaki tewas karena keganasan bom.

Nahas, beberapa diantaranya menyebabkan dampak pada sejumlah ibu hamil dan anak-anak yang sangat berpengaruh pada kehidupannya di masa depan. Banyak yang ibu hamil yang mengalami keguguran dan anak-anak yang menjadi yatim piatu.

Baca Juga: Kisah Yoshiko Kajimoto, Penyintas Bom Atom Hiroshima, Jepang

"Tidak ada peningkatan yang signifikan secara statistik, tetapi yang utama adalah berdampak pada cacat lahir atau hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan lainnya, terlihat di antara anak-anak yang selamat, terlahir cacat," tulis laporan penelitian RERF. 

Radiation Effect Research Foundation (RERF) melaporkan dampak dari ledakan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, dalam kajiannya berjudul Birth Defects among the Children of Atomic-bomb Survivors (1948-1954).

Potret 15 menit setelah bom atom meledak hebat di Hiroshima pada 6 Agustsu 1945. (Hiromichi Matsuda/Nagasaki Atomic Bomb Museum)

Pemantauan dilakukan pada hampir semua ibu hamil di Hiroshima dan Nagasaki yang dimulai pada tahun 1948 dan terus berlanjut selama enam tahun.

"Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, dilakukan selama dua minggu pertama setelah kelahiran. Hal itu memberikan informasi tentang berat badan bayi, prematuritas, rasio jenis kelamin, kematian neonatal, dan cacat lahir," tambahnya.

"Selain itu, beberapa bayi yang lahir secara normal, membawa penyakit akut dalam tubuhnya dan suatu waktu akan muncul, pada umumnya saat mereka mulai tumbuh dewasa, atau yang tak berumur panjang," pungkasnya.