Jabatan Pak Thé sebagai Direktur Observatorium Bosscha diteruskan oleh adik kelas di ITB dan juga mahasiswa beliau sesudah kepulangan beliau dari Amerika Serikat, Prof. Dr. Bambang Hidayat. Mengenai pengangkatan Pak Bambang sebagai Direktur, beliau berkomentar, "Pada waktu itu hanya dia satu-satunya kandidat yang ada. Saya mengusulkan kepada ITB dan mereka setuju. Dengan demikian tidak ada prosedur seleksi."
Pak Thé pensiun dari jabatan guru besar astronomi di Universitas Amsterdam pada tahun 1993. Orasi purna tugas beliau ditutup dengan pernyataan bahwa beliau akan terus meneliti. Makalah ilmiah terakhir beliau diterbitkan pada tahun 2001, delapan tahun setelah Pak Thé pensiun. Atas dedikasi Pak Thé kepada ilmu pengetahuan, pada tahun 1993 Kerajaan Belanda menganugerahi kelar ksatria, yaitu Officier dalam Orde ksatria Oranje-Nassau (Orde van Oranje-Nassau). Sebuah asteroid juga diberi nama 5408 Thé (1232 T-1) sebagai penghormatan bagi Pak Thé.
Beliau kini menikmati pensiun di rumahnya di daerah Slotervaart di daerah pinggir Barat kota Amsterdam. Istri beliau, Ibu Fanny, meninggal pada tahun 1985. "Keluarga saya di Belanda tidak banyak. Anak laki-laki saya menjadi dokter gigi di Hengelo, anak perempuan saya bekerja di Disneyland Paris," cerita Pak Thé mengenai keluarganya. "Pada tahun 1992 saya menikah dengan Helga Neuser," lanjut beliau. Pak Thé mengisi masa-masa pensiun dengan berdansa, fotografi digital, dan kini menulis puisi.
Sebelum kami mengakhiri wawancara, kami ingin tahu apakah Pak Thé punya pesan tertentu kepada astronom-astronom di Indonesia. "Kepada astronom-astronom Indonesia saya berpesan agar menjaga dan mengembangkan astronomi di Indonesia," demikian jawab beliau. Beliau juga berharap agar astronom Indonesia melakukan lebih banyak penelitian. "Kalau sudah menjadi Doktor dan menjadi dosen universitas, tugas kita tidak hanya sebatas memberikan kuliah tetapi juga membimbing mahasiswa sampai jadi Doktor," demikian Pak Thé berpesan.
!break!Pak Thé juga memberikan kami berbagai usulan untuk keberlangsungan penelitian di Observatorium Bosscha. Bagaimana mempertahankan keberlangsungan penelitian bintang ganda yang selalu menjadi ciri khas Observatorium Bosscha, tentang peremajaan Teleskop Schmidt, tentang pembangunan teleskop reflektor baru sebagai pengganti teleskop lama, dan persoalan pendanaan penerbitan artikel di jurnal ilmiah. Sungguh luar biasa bahwa dalam usia 84 tahun, Pak Thé masih memiliki berbagai ide untuk Observatorium Bosscha, yang sudah beliau tinggalkan 44 tahun lalu.
Kita mungkin tergoda untuk menyematkan "label" atau "identitas" tertentu pada Pak Thé. Pak Thé adalah orang Tionghoa, Pak Thé adalah orang Jawa, Pak Thé adalah orang Indonesia, atau Pak Thé adalah orang Belanda. Namun beliau sendiri tidak merasa bahwa pertanyaan mengenai "label" atau "identitas" adalah sebuah hal penting, seraya berpesan bahwa "lebih penting untuk melihat apa yang telah saya lakukan dalam hidup saya."
Sumbangan Pak Thé kepada astronomi Indonesia tidaklah sedikit. Usaha beliau untuk mempertahankan Observatorium Bosscha di masa-masa tersulitnya dan juga pengabdian beliau kepada ilmu pengetahuan semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Tidak hanya itu, kerja keras Pak Thé semasa belajar di luar negeri dan kemampuan beliau menyelesaikan penelitian PhD hanya dalam waktu satu tahun telah membukakan jalan bagi yang lain untuk dapat belajar di Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara, Prof. Dr. Bambang Hidayat berkata bahwa Pak Thé "telah membukakan jalan saya [ke Cleveland], karena pekerjaannya, kerja baiknya di sana." Meskipun Pak Thé meninggalkan Indonesia, Pak Bambang mengatakan bahwa Pak Thé "membantu meletakkan fondasi astronomi Indonesia."
Sebagai pelanjut angkatan kami akan meneruskan usaha yang telah dirintis Pak Thé.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan penulis:
langitselatan willen hierbij Dhr. Erwin Visser bedanken voor zijn correctie van onze vragen aan Prof. Dr. Thé. langitselatan juga mengucapkan terima kasih kepada Mbak Elyani Sulistialie dari Perpustakaan Observatorium Bosscha, atas foto Pak Thé dari tahun 1960an.