Mengajak Warga Dunia Gemar Bersepeda

By , Kamis, 30 Juli 2015 | 07:30 WIB

Semuanya dimulai dari kuda-kuda mati pada tahun 1816 - "tahun tanpa musim panas". Suhu mendingin di dunia, karena letusan Gunung Tambora di Indonesia setahun sebelumnya. Ini adalah erupsi yang paling dahsyat sepanjang sejarah Bumi. Abu dan sulfur yang dihasilkan menyebabkan gagal panen di Eropa. Sementara kuda mati karena kelaparan, warga Jerman Karl von Drais menemukan ide untuk menggantikan kuda dengan alat roda dua tanpa pedal. Ini adalah nenek moyang sepeda masa kini.

Saat itu namanya adalah draisine atau velocipede dalam bahasa Prancis. Pedal kemudian muncul, lalu kendaraan beroda dua ini menjadi populer.

Sekarang, sepeda dikenal sebagai alat transportasi tenaga sendiri yang paling efisien.

Meskipun bersih dan ramah lingkungan, bersepeda hanya populer di sejumlah negara. Kemungkinan kecelakaan, kurangnya prasarana ramah bersepeda dan kecemasan akan hujan dan cuaca dingin membuat orang tidak naik sepeda. Di Inggris, Amerika Serikat dan Australia, sebagai contoh, hanya 1% perjalanan yang menggunakan sepeda. Tetapi tentu saja ada pengecualian. Di Belanda jumlahnya 27%, di kota Kopenhagen, Denmark, lebih dari 50% penduduknya menggunakan sepeda secara teratur.

Lebih sedikit orang bersepeda bukan berarti lebih sedikit kecelakaan - malah sebaliknya. Jumlah kematian pesepeda per 100 juta km adalah 5,8% di AS dan 3,6% di Inggris. Sementara di negara yang gemar bersepeda seperti Jerman tingkatnya hanya 1,7% kematian, dan di Denmark 1,5%, empat kali lebih aman dibandingkan Amerika dan dua kali lebih aman dibandingkan Inggris. Bersepeda lebih aman lagi di Belanda, hanya 1,1% pada setiap 100 juta km. Sepertinya semakin banyak dorongan dan penerapan, maka akan akan semakin aman.

!break!

Trauma macet

Tetapi apakah mimpi bersepeda yang dialami Belanda dan Denmark dapat terjadi di tempat lain? Dan bagaimana jalan kota harus diubah untuk mendorong orang meninggalkan kendaraan bermotor dan beralih ke kendaraan roda dua meskipun keadaannya dingin dan basah?

Dan apakah teknologi akan membantu terciptanya bersepeda secara cerdas?

"Faktor utama yang menyebabkan rendahnya tingkat bersepeda di sejumlah negara karena kebanyakan orang tidak merasa aman berbagi tempat dengan jalan yang penuh dengan mobil dan truk yang bergerak cepat," kata Mark Vallianatos, direktur kebijakan di Institut Kebijakan Lingkungan dan Perkotaan, Occidental College, di Los Angeles, California, AS.

Kebanyakan kota modern dirancang untuk kendaraan, kata Ralph Buehler, pengajar masalah perkotaan dan perancanaan di Universitas Virginia Tech, Alexandria, AS. Apakah itu jalan di rumah atau tempat parkir di jalan pusat kota, semuanya dirancang untuk membuat pengemudi kendaraan dapat menggunakannya dengan mudah, tanpa memikirkan pesepeda. Di banyak kota, misalnya, jalan tidak memiliki jalur khusus untuk sepeda, apalagi jaringan yang dirancang khusus seperti yang ada di Groningen, Belanda, di mana ratusan pesepeda menggunakannya.

Sementara mereka harus menghindari kendaraan yang diparkir, mobil lain melintas dalam kecepatan tinggi. Jika ada jalur sepeda, sering kali terlalu sempit. "Orang di mobil, kendaraan umum atau di jalur pejalan kaki dapat berdampingan dan ngobrol. Jalur sempit sepeda di London menandakan bahwa pesepeda tidak memiliki tempat," kata Anne Lusk, peneliti perencanaan kota di Universitas Harvard, Boston, Massachusetts, AS.

!break!

Batas hijau

Pijakan dasarnya seharusnya adalah jarak perjalanan. Rata-rata, sekitar setengah perjalanan kendaraan bermotor di kota Eropa kurang dari lima kilometer. "Perencana kota yang cerdas yang mulai bekerja dari permulaan akan berpikir bersepeda, berjalan dan kendaraan umum akan menjadi sarana perhubungan utama saat memikirkan cara mengakomodasi sarana perhubungan yang tidak efisien, penyebab polusi dan berbahaya seperti pemakaian mobil, kata Ceri Woolsgrove, pejabat kebijakan keamanan jalan di Federasi Sepeda Eropa.

Berdasarkan hal ini, para perencana akan membuat fasilitas bersepeda terpisah, kata Vallianatos, “gabungan jalur sepeda di trotoar dan jalur sepeda di jalan." Pada tahun 1998, kota Bogota, Kolombia membangun 300 km 'jalur hijau', jalur sepeda terlindung yang terpisah dari jalan dengan menggunakan pohon pembatas. Enrique Penalosa yang menjadi wali kota Bogota saat itu menegaskan jalur hijau bukanlah "fitur arsiktektur yang indah" tetapi hal ini menunjukkan bahwa "penduduk yang menggunakan sepeda seharga US$30 sama pentingnya dengan orang yang mengendari mobil seharga US$30.000."

Tetapi prasarana umum bukan hanya mengenai jalur sepeda. Skema berbagi sepeda di dunia membuat penduduk dan wisatawan menggunakannya. Di Hangzhou, Cina, di mana terdapat program peminjaman sepeda terbesar dunia, penduduk dapat menggunakan sepeda secara gratis pada satu jam pertama. Untuk mengatasi polusi, kota melarang kendaraan dengan nomor polisi tertentu pada hari yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, program yang sama di kota-kota lain seperti Milano, Italia dan Mexico City, menghadapi masalah. Kebanyakan pengemudi mobil bukannya menjadi pengendara sepeda, mereka malahan bertukar kendaraan atau membeli nomor polisi kedua.

Masalah lain adalah tempat parkir yang aman bagi sepeda, terutama di terminal bus dan kereta. Amsterdam memiliki tempat parkir bertingkat untuk 6.000 sepeda. Stasiun Pusat Utrecht, Belanda, akan memiliki garasi sepeda terbesar di dunia untuk 12.500 kendaraan.