Manusia Sama Sekali Tidak Seistimewa yang Kita Pikirkan

By , Minggu, 9 Agustus 2015 | 10:00 WIB

De Wall sudah menyebut mereka “Machiavellian”, mengacu pada teknik merebut kekuasaan yang penuh rekayasa sebagaimana dijelaskan oleh sejarawan dan filsuf Niccolo Machiavelli. Dia melihat bahwa seekor simpanse jantan yang dominan, yang menjadi berkuasa dengan pertolongan teman-teman, akan cemburu jika persekutuan ini bekerja sama dengan saingannya.

Sebagai jawabannya, si jantan akan memisahkan mereka. “Segera setelah teman baiknya mulai membersihkan saingannya, dia menjadi sangat marah dan memutuskan hubungan itu,” kata de Wall.

Pengetahuan ini menyebutkan bahwa simpanse memiliki perilaku yang peduli secara sosial dan saling pengertian. Tetapi seberapa baiknya mereka?

Manusia dapat mengenal keadaan mental seseorang, suatu kemampuan psikologis yang disebut “teori pikiran”. Kita dapat mengetahui apa yang orang lain pikirkan dan apa niat mereka, dan menyimpulkan apa yang seorang ketahui dan tidak ketahui.

Anak-anak mempelajari hal ini sejak usia dini, dan ada banyak bukti bahwa kera-kera besar memiliki beberapa kemampuan membaca pikiran. Contohnya, seekor simpanse yang lebih rendah hanya akan mengambil pisang yang enak jika dia dapat melakukannya tanpa terlihat oleh simpanse yang dominan. Si bawahan mengetahui bahwa si dominan akan mengambilnya.!break!

Kita bukan satu-satunya yang dapat berpikir orang lain sebagai individu dengan tujuan

Simpanse juga dapat memahami beberapa hal yang terdapat dalam pemikiran manusia. Mereka dapat mengatakan perbedaan antara seseorang yang tidak mau memberi mereka makan dan seseorang yang tidak dapat melakukannya.

Bukti terbaru di bidang ini menunjukkan bahwa, sesudah makanan dijauhkan dari mereka, simpanse akan mengambil kembali makanan yang terdapat dalam sebuah boks yang tidak tembus pandang sehingga penguju tidak dapat melihat ke dalam. Mereka meninggalkan makanan di dalam boks yang bening.

Sudah jelas, kita bukan satu-satunya yang dapat berpikir tentang orang lain sebagai individu dengan tujuan, niat dan persepsi, kata Katja Karg dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, kepala penulis untuk penelitian ini.

Langkah berikutnya adalah melihat apakan orang utan memiliki kemampuan yang sama, kata Karg. Kita terpisah dari mereka sekitar 14 juta tahun lalu, sehingga jika mereka begitu, akan mengajak kita pada kemampuan membaca pikiran yang kuno.

Mengetahui keadaan mental orang lain juga membutuhkan kesadaran anda sendiri. Hal itu juga menunjukkan bahwa simpanse juga memiliki tingkat kesadaran.

Mereka bukanlah satu-satunya. Sejauh ini kemampuan itu juga telah ditemukan pada kera lain, lumba-lumba, gajah asia dan burung magpie Eropa. Simpanse bahkan memiliki budaya. Mereka tidak menciptakan simfoni, tetapi budaya dapat ditunjukkan dengan menyampaikan pengetahuan, kebiasaan, dan menurunkannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.