Selama berabad-abad, para seniman dan perancang telah berupaya untuk menciptakan arsitektur yang memuaskan secara estetika. Tetapi apakah sebuah rumah menjadi seni?
Pada tahun 1565, Paolo Almerico, seorang pejabat tinggi pengadilan Vatikan pada masa Paus Pius IV dan V, pensiun dan pindah ke Vicenza, sebuah kota di bagian timur laut Italia.
Dia menunjuk Andrea Palladio, salah satu arsitek terbaik dalam sejarah, untuk merancang sebuah tipe rumah baru. Bangunan yang didirikan di atas bukit dengan pemandangan kota dan wilayah pedesaan di sekitarnya dinamai La Rotonda, sebuah vila yang terkenal dengan pertanian mandiri, agama dan perdagangan. Sebuah tempat untuk belajar, kontemplasi dan cukup menyenangkan. La Rotonda juga merupakan karya seni tanpa cela.
Meski demikian penyokong dana ataupun arsitek tak sempat melihat bangunan La Rotonda selesai dibangun. Sebuah keindahan, kenyamanan, simetri, simbol religius - sebuah salib dalam sebuah kotak dalam sebuah lingkaran imajiner - dan dengan serambi dari tiang berbentuk klasik yang berbahan ion yang menghadap empat penjuru kompas, rumah yang indah ini terhubung dengan pemandangan kota menyatukan seni dengan arsitektur. Bangunan ini merupakan sebuah bentuk karya Renaisans ideal yang sempurna.
Sejak saat itu, dan tidak peduli apapun gayanya, bahan baku atau budaya, pasti arsitek dan para patron yang bersemangat ataupun tercerahkan, bertujuan untuk melakukan sesuatu yang kurang lebih sama dengan karya Palladio dan Almerico yang dibuat 450 tahun yang lalu itu.
Sebuah pameran terbaru di Museum Of Modern Art (MoMA) New York, Endless House: Intersections of Art and Architecture, "mempertimbangkan rumah untuk sebuah keluarga dan pola dasar hunian sebagai tema dari upaya kreativitas arsitek dan seniman“.
Melalui gambar-gambar, model, video dan instalasi, pertunjukan ini bertujuan mengamati sebuah rumah sebagai cara untuk mengeksplorasi ide arsitektur yang memiliki kaitan dengan seni.
Itu juga tampak dalam karya para seniman yang telah membuat rumah sebagai fokus kreativitas mereka, dan dengan implikasi menimbulkan pertanyaan yang dengan menganggumkan dijawab oleh Palladio dan Paulo Almerico: apakah sebuah rumah dapat menjadi sebuah pekerjaan seni?
Pertanyaan seringkali diajukan, bahwa masalah perumahan bagi penduduk dunia yang tumbuh cepat telah mendorong meningkatnya permukiman di pinggiran kota seiring dengan menjamurnya rumah-rumah gubuk - belum lagi rumah-rumah yang murah ataupun mahal, yang jauh sekali dari sentuhan seni.
!break!‘Hantu di rumah‘
Dalam pameran yang digelar MoMA menekankan pada perpaduan seni dan arsitektur selama lima puluh tahun, dibandingkan dengan 500 tahun sebelumnya.
Sebab pada tahun ini, merupakan peringatan 50 tahun kematian Frederick Kiesler, seorang seniman dan arsitek blasteran Austria-Amerika, yang bekerja sama dengan museum di akhir 1950an dalam sebuah proyek untuk sebuah rumah seperti La Rotonda yang telah berdiri sejak 1560an. Ini merupakan rumah tanpa batas.
Bangunan itu hanya diwujudkan sebagai sebuah model, tetapi apa yang menjadi luar biasa, sesuatu yang eksperimental, rata, berbentuk elips yang menggambarkan apa yang Kiesler sebut sebagai Correalism, sebuah rancangan dengan filosofi memperhatikan bentuk sebuah ruang yang saling berkaitan, manusia, obyek, konsep serta seni.
Jika ini terdengar sangat 60an, memang begitu. Correalism dan rumah tanpa batas mempengaruhi para arsitek seperti Frank Gehry, yang pertama kali menerima penghargaan Frederick Kiesler Prize dalam bidang arsitektur dan seni pada 1998.
Karya Gehry yang terkenal antara lain Museum Guggenheim Bilbao di Spanyol yang dibuka pada 1997 lalu. Dua puluh tahun sebelumnya, Gehry juga membangun rumah bergaya kolonial Belanda tahun1920 di Santa Monica, dengan konsep sebuah rumah keluarga yang ajaib, dengan memadukan konsep material, obyek dan seni.
“Kami diberitahu bahwa ada hantu di rumah,” Gehry mengatakan kepada Arch Daily. “Saya memasukkan hantu kubisme. Jendela-jendelanya. Saya ingin membuat mereka tampak seperti merangkak keluar dari sana. Pada malam hari, kaca ini memantulkan cahaya. jadi ketika Anda duduk di meja ini Anda akan melihat mobil-mobil yang melintas, Anda akan melihat bulan di tempat yang berbeda. bulan ada di sana tetapi dipantulkan disini. Dan Anda pikir itu ada di atas sana dan Anda tidak mengetahui di mana Anda."
!break!Frederick Kiesler akan senang mengunjungi Frank Gehry di rumah yang juga juga merupakan sebuah karya seni. Ketika diminta untuk membangun sebuah Rumah Tanpa Batas di halaman MoMa untuk pameran museum tentang Arsitektur Bayangan pada 1960, Kiesler berbicara mengenai lantai batu kerikil, pasir, rumput, papan, air dari anak sungai dan ubin terakota. Tetapi itu tak pernah terwujud.
Juga Wing House oleh Asymptote Architecture, sebuah praktek di New York yang didanai oleh Hani Rashid dan Lise Anne Couture. Ini merupakan salah satu dari desain tiga rumah yang ditampilkan dalam sebuah model pada 2008 di Venice Architecture Biennale.
Habitat alami
Sesungguhnya rancangan mengeksplorasi ide menghubungkan seni dengan sains ke Arsitektur. Pada 2006, Gillian Lambert, seorang mahasiswa arsitektur London, memasukkan unsur cuaca dalam desainnya.
Lambert menampilkan gambar yang indah untuk desain sebuah "rumah studio untuk seorang arsitek yang terobsesi dengan cuaca", dia mengatakan kepada saya, terinspirasi oleh lukisan karya JMW Turner yang berjudul Snow Storm – Steam-Boat Off a Harbour’s Mouth, tahun 1842.
“Ruang dalam rumah tampak kabur seperti air hujan yang jatuh dari langit-langit; Angin sepoi-sepoi di udara ditapis melalui tembok, melewati cahaya di siang hari dan area yang tersembunyi dalam bayangan gelap. Bagian dalamnya menrefleksikan kondisi alam yang tidak terduga dan dinamis."
Jika sangat berbeda dari karya Gehry “Hantu Kubisme”, proyek Lambert menampilkan sebuah kehadiran 'hantu' melalui Ghost of Water Row, sebuah rumah yang terbuat dari dengan atap katun putih dan tembok yang kokoh, yang dipamerkan hanya satu malam di pinggiran sungai Clyde di Glasgow pada November 2012.
Karya itu merupakan rancangan Edo Architecture (Andy McAvoy dan Ann Nisbet), itu merupakan kebangkitan dari imajinasi dari deretan rumah penenun yang ada di sini sejak 1790 sampai 1929.
Seniman peraih Turner Prize Rachel Whiteread melakukan sesuatu yang serupa pada 1990an, pertama melalui karya Ghost (1990), sebuah bagian dalam sebuah rumah gaya Victoria dan kemudian dengan House (1993).
Meskipun dimaksudkan untuk sementara waktu, House membuat Whiteread meraih Turner Prize.
Sementara itu para arsitek modern Le Corbusier dan Mies van der Rohe, telah membuat rumah sebagai karya seni pada abad 20 seperti yang dilakukan Palladio and Paolo. Karya Almerico itu apakah eksperimental, konseptual atau secara arsitektur formal dan benar, kunci utama bangunan dan karya seni mencerminkan sifat rumah, yang sangat berbeda dengan bangunan rumah baru tidak memiliki nilai seni.