Menjernihkan Air dengan Buku

By , Rabu, 19 Agustus 2015 | 12:30 WIB

Buku dengan halaman yang bisa dirobek untuk menyaring air bersih terbukti efektif dalam uji coba lapangan pertama.

'Buku yang bisa diminum' ini dicetak pada kertas khusus dan berisi informasi tentang cara serta alasan air harus disaring.

Kertas-kertas pada buku ini mengandung partikel nano perak atau tembaga yang membunuh bakteri.

Dalam uji coba di 25 sumber air tercemar di Afrika Selatan, Ghana, dan Bangladesh, kertas tersebut bisa menghilangkan 99% dari bakteri.

Hasilnya, kadar air yang terkontaminasi setara dengan air keran di Amerika Serikat, kata para peneliti. Memang ada serpihan kecil perak dan tembaga yang menempel di air, namun kadarnya berada di bawah standar keamanan.

Hasil ini dipresentasikan pada pertemuan nasional ke-250 American Chemical Society di Boston, Amerika Serikat.

Dr Teri Dankovich, peneliti pasca-doktoral di Carnegie Mellon University di Pittsburgh, mengembangkan dan menguji teknologi buku ini selama beberapa tahun. Dia pernah bekerja di McGill University di Kanada dan di University of Virginia.

"Tujuannya untuk berbagai komunitas di negara-negara berkembang," kata Dr Dankovich. Ia menambahkan bahwa ada 663 juta orang di seluruh dunia yang tak memiliki akses terhadap air bersih.

"Anda hanya perlu merobek kertas dari buku ini, menaruhnya di filter air sederhana, dan menuang air dari sungai, aliran, sumur, dan hasilnya air bersih - serta bakteri yang sudah mati," katanya kepada BBC.

Serangga menyerap ion perak atau tembaga - tergantung dari partikel nano yang digunakan - saat melewati halaman.

"Ion muncul ke permukaan partikel nano, yang kemudian diserap oleh mikroba," kata Dr Dankovich.

Menurut hasil uji coba, satu halaman kertas bisa membersihkan 100 liter air. Satu buku bisa membersihkan persediaan air satu orang selama empat tahun.

Dr Dankovich sudah menguji kertas tersebut di lab menggunakan air yang tercemar secara artifisial.

Setelah sukses, mereka melakukan uji coba di lapangan selama dua tahun terakhir, bekerjasama dengan badan amal Water is Life dan iDE.

Dalam uji coba ini, bakteri dalam sampel air rata-rata berkurang sampai 99% - dan pada sebagian besar sampel, berkurang sampai 0.

"Lebih dari 90% sampel menunjukkan bahwa tidak ada bakteri dalam air, setelah kami menyaring air menggunakan kertas," kata Dankovich.

"Sangat menarik melihat bahwa kertas ini tidak hanya bekerja dalam model di lab, tapi juga sukses di sumber-sumber air yang betul-betul dipakai oleh orang."

Ada satu lokasi yang sangat sulit.

"Satu tempat menjadi tempat pembuangan limbah mentah langsung ke aliran sungai dengan tingkat bakteri yang sangat tinggi.

"Namun kami sangat terkesan dengan hasil kerja kertas tersebut yang mampu membunuh hampir seluruh bakteri dalam sampel tersebut. Dan airnya sangat jorok, sehingga kami pikir, jika di sana saja bisa, mungkin kertas ini bisa manjur."

!break!

Lebih banyak sampel

Dankovich dan para koleganya berharap untuk meningkatkan produksi kertas, yang saat ini dikerjakan dengan tangan oleh dia dan para mahasiswanya, serta menguji coba langsung di tempat-tempat warga menggunakan filter tersebut.

"Kami harus memberi kertas ini ke orang-orang dan melihat langsung efeknya. Anda tak bisa berlaku banyak jika hanya sendirian."

Contohnya, hasil kerja Dankovich dengan iDE di Bangladesh sudah mencoba untuk melihat apakah filter yang menggunakan salah satu halaman buku bisa masuk ke dalam kolshi atau penyaring air tradisional yang digunakan oleh warga Bangladesh.

Dr Daniele Lantagne, ahli lingkungan di Tufts University, mengatakan bahwa data dari uji coba menunjukkan hal menggembirakan.

"Ada banyak minat dalam mengembangkan produk-produk baru untuk pengolahan air," katanya pada BBC.

"Buku yang dapat diminum" ini kini telah melewati dua tahapan kunci - sukses uji di laboratorium dan di sumber air yang sebenarnya.

Selanjutnya, kata Lantagne, tim akan membutuhkan "desain produk yang bisa dijual secara komersil" untuk alat yang memuat slot halaman buku.

Menurutnya, meski kertas sukses membasmi bakteri, belum jelas apakah kertas ini bisa mematikan mikro-organisme penyebab penyakit lainnya.

"Saya ingin melihat hasilnya untuk protozoa dan virus-virus," katanya.

"Hasil ini menggembirakan tapi tidak akan menyelamatkan dunia esok hari. Mereka sudah melewati tahapan penting dan masih banyak yang harus dilewati."

Dr Kyle Doudrick yang meneliti pengolahan air berkelanjutan di University of Notre Dame di Indiana sepakat bahwa sistem buku ini akan sangat ampuh jika bisa juga menangani infeksi bakteri, seperti parasit cryptosporidium kecil yang baru-baru ini menimbulkan kecemasan di Lancashire.

Menurutnya, penting juga untuk membuat orang memahami penggunaan filter dan menggantinya. Meski begitu dia optimis dengan hasil uji coba.

"Secara keseluruhan, dari berbagai teknologi yang tersedia - filter keramik, sterilisasi UV, dan selanjutnya - ini adalah hasil yang menjanjikan karena murah. Idenya mudah ditangkap sehingga orang bisa melakukan dan memahami."