Menilik Keganasan Topan Goni di Filipina

By , Senin, 24 Agustus 2015 | 20:00 WIB

Topan Goni yang telah melemah mulai bergerak mengancam pulau-pulau di Jepang, Senin (24/8), setelah 10 orang tewas dan 17 orang hilang di Filipina serta ribuan warga mengungsi di Taiwan. Meski topan telah berlalu, 40 pusat evakuasi yang menampung 4.000 pengungsi di Filipina masih beroperasi.

Pada Minggu sore, topan berada pada jarak 240 kilometer di timur Taipei, ibu kota Taiwan. Menurut Biro Cuaca Pusat Taiwan, Goni telah bergerak ke utara dengan kecepatan 19 mil (sekitar 30 kilometer) per jam. Sebelumnya, topan disertai hujan deras menghajar Filipina dan memicu banjir dan tanah longsor sehingga 10 orang tewas, 17 orang hilang, dan ratusan rumah hancur di Pulau Luzon.

"Evakuasi pencegahan telah dilakukan di sebagian besar wilayah. Namun, hal yang menyedihkan untuk dicatat ialah beberapa daerah tidak melakukan evakuasi atau baru melakukannya setelah topan melanda pulau," kata Kepala Pertahanan Sipil Filipina Alexander Pama.

Polisi di Luzon mengatakan, 17 orang hilang itu berasal dari komunitas pertambangan kecil yang tertimbun longsor.

Stasiun cuaca Filipina mengatakan, sebagian ancaman topan dengan dampak yang ditimbulkan telah berlalu dan aktivitas warga berangsur normal. Namun, Kepala Tanggap Darurat di Departemen Kesejahteraan Sosial, Tess Briones, mengatakan, 40 pusat evakuasi yang menampung lebih dari 4.000 orang masih beroperasi.

Jembatan hancur di sebuah kota pulau di Provinsi Ilocos Norte, Filipina utara, hancur. Para pejabat lokal mengatakan, 750 keluarga terjebak di kota pulau itu.

!break!

Filipina selalu diancam badai berkekuatan besar rata-rata 20 kali setiap tahunnya. Badai Goni merupakan yang kesembilan dalam tahun ini.

Goni melemah saat bergerak ke utara lepas pantai timur Taiwan. Namun, pihak berwenang masih kerepotan menangani para korban. Sebab, topan terbaru ini terjadi pada saat jejak-jejak bencana akibat topan Soudelor awal bulan ini masih terlihat dan pemerintah masih menghadapi banyak kesulitan menangani korban.

Di Taiwan, ribuan orang telah dievakuasi dari pulau-pulau terpencil dan daerah pegunungan sebagai pencegahan. Mereka termasuk 1.500 orang dari wilayah Wulai, tidak jauh dari Taipei, yang sebelumnya telah luluh lantak oleh topan Souledor.

Warga Wulai telah menumpuk karung pasir besar di sepanjang sungai untuk mencegah banjir. Daerah ini menerima curah hujan tinggi, sekitar 5 inci, dalam dua hari terakhir saat Goni mendekati pulau.

Beberapa warga tidak bisa kembali ke rumah karena jalan putus sejak Soudelor mengamuk.

"Kami semua akan senang untuk pulang sedini mungkin," kata salah satu pengungsi, Yukyu, warga asal sebuah kampung kecil di Wulai. Namun, mereka masih waswas karena setiap kali hujan ada ancaman akan terjadi banjir dan tanah longsor.

Yukyu adalah salah satu dari 80 warga Wulai yang telah tinggal di tempat penampungan sementara di Taipei. Mereka sudah lebih dari dua minggu di sana, tidur beralaskan tikar atau seprai yang dibentangkan langsung di lantai.