Pintu besar berwarna abu-abu menyambut saya ke dalam sebuah gudang gelap bertemperatur rendah. Di dalamnya rak-rak besi penyimpan toples spesimen berjajar rapi memenuhi ruangan. Di satu sudut, terdapat akuarium besar berisi jasad ikan raksasa yang terendam cairan kekuningan.
Sebuah studio kecil dibangun di tengah ruangan, di antara rak-rak penyimpan spesimen. Hanya studio kecil itulah satu-satunya sumber cahaya dalam ruangan. Bau alkohol begitu menyengat, namun tampaknya laki-laki yang sedang sibuk memotret sama sekali tak terganggu. Beberapa toples kaca berisi spesimen yang direndam cairan dijajarkan di atas meja besi di sebelah studio kecilnya. Toples-toples berisi spesimen itulah yang digunakannya dalam pemotretan hari itu.
Ketika saya berjalan mendekat, laki-laki tersebut berhenti melakukan pekerjaannya dan menyambut dengan ramah. Dialah Fred Langford Edwards, fotografer Inggris pengumpul jejak Alfred Russel Wallace.
Mengangkat Kembali Wallace
Tahun 2007 merupakan tahun di mana Edwards memutuskan untuk memulai proyek yang mengabadikan karya naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace. Wallace adalah ilmuwan yang menemukan teori evolusi melalui seleksi alam bersama dengan Charles Darwin. Dalam penelitiannya, sesungguhnya Wallace lebih dahulu menyelesaikan dan menyimpulkan teorinya, namun namanya kalah tersohor dibanding Darwin.
Di abad ke-21, teori evolusi Darwin dari bukunya “On The Origin of Species” kembali banyak mendapat perhatian masyarakat. Banyak orang yang mengelu-elukan Darwin membuat Edwards beralih ke Wallace. Dia pun memulai proyek untuk mengangkat kembali nama Wallace yang nyaris tenggelam dilupakan zaman. Dalam melaksanakan proyeknya, buku A Narrative of Travels on the Amazon and Rio Negro dan The Malay Archipelago yang ditulis oleh Wallace menjadi panduan Edwards.
Edwards memulai proyeknya dengan bergabung dengan Wellcome Trust, sebuah badan amal yang mendanai proyek ilmu pengetahuan. Proyek tersebut merupakan kumpulan foto tentang perjalanan hidup, pemikiran, dan peninggalan Wallace yang tersebar di berbagai negara. “Yang saya lakukan sebenarnya adalah mengumpulkan kembali apa yang sudah pernah dikumpulkan oleh orang-orang sebelum saya,”tutur Edwards. Baginya, koleksi Wallace bercerita tentang usahanya dalam mengetahui ilmu pengetahuan.
Dengan latar belakang sebagai ahli kimia, Edwards memasukan unsur ilmu pengetahuan ke dalam seluruh karyanya . “Tujuan utama dari karya saya adalah memberikan gambaran tentang usaha manusia dalam mengoleksi, mengklasifikasi dan memberikan struktur terhadap segala hal yang ditemukan di dunia,”terang Edwards. Bidang fotografi awalnya dimulai hanya dari sebuah ketertarikan, namun akhirnya mendapat perhatian terbesarnya karena lewat fotografi dia menyadari bahwa dirinya bisa memberikan pengetahuan sekaligus bercerita banyak tentang asal-usul di baliknya. Menariknya, bagi Edwards, ilmu pengetahuan yang ditampilkan dalam karya tersebut tidak akan selalu menjadi ilmu yang akurat pada masa berbeda. “Karena ilmu selamanya akan terus berkembang.”
Dalam pencariannya akan jejak Wallace, dia memulai dengan menelusuri museum-museum di Eropa. Mulai dari museum kecil yang dimiliki universitas, hingga museum besar seperti Museum Sejarah Alam di London. Perjalanan menapaktilasi penjelajahan 14.000 mil Wallace dimulai Edwards dengan menjelajah hutan Amazon dan Kepulauan Nusantara meliputi Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Saat ditemui di Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong, Rabu, 26 Agustus 2015, Edwards sedang melakukan pemotretan spesimen. Kali ini Edwards sedang dalam kunjungan keduanya ke Indonesia. Pada kunjungan pertama tahun 2009, dia telah mengunjungi beberapa daerah yang pernah didatangi oleh Wallace di Jawa, Bali dan Sumbawa. Kunjungan kali ini dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakan proyek fotografinya. “Saat ini saya lebih banyak menggunakan waktu saya di Indonesia untuk mengumpulkan foto, tidak sempat untuk pergi ke daerah-daerah yang pernah didatangi Wallace,”katanya.
Sebelum mendapatkan foto spesimen yang dia inginkan, terlebih dahulu Edwards memilih dengan cermat objek fotonya. Dia tidak selalu mencari, terkadang objek foto yang menarik ditemukan saat sedang melihat-lihat di rak spesimen. Baginya, dalam membuat foto yang baik, tentu saja diperlukan objek yang menarik. Namun, tidak selamanya objek yang menarik dapat menghasilkan foto yang baik. Seorang fotografer harus dapat memainkan sudut, pencahayaan, dan berbagai hal lainnya untuk menciptakan foto yang baik—bahkan bisa lebih impresif dibanding objek aslinya.