Menjelajah Candi-Candi Seks di India

By , Selasa, 20 Oktober 2015 | 07:00 WIB

Di samping itu, Hinduisme memang secara tradisional menganggap seks sebagai bagian penting kehidupan, yang bisa menjelaskan mengapa pahatan-pahatan itu diselingi berbagai macam kegiatan lain seperti berdoa dan perang.

Fakta bahwa pahatan seksual ini dipajang jelas di muka umum dan tidak disembunyikan di sudut yang suram kelihatannya menunjukkan bahwa para pembuatnya memang memaksudkan agar pahatan itu semua dilihat orang.!break!

Pengisolasian membantu motif-motif grafis ini untuk bertahan

Anehnya, tidak ada alasan mengapa candi-candi penuh hiasan ini didirikan di Khajuraho, karena tidak ada catatan yang jelas apakah ada kerajaan di lokasi itu. Masih bertahannya motif-motif grafis ini mungkin berhubungan dengan terisolasinya mereka selama ratusan tahun di tengah-tengah hutan lebat wilayah itu, dan baru kemudian ditemukan seorang warga Inggris, Kapten TS Burt, pada tahun 1838.

Malah sebenarnya, Burt sendiri harus dibujuk oleh pembantunya orang India untuk melakukan perjalanan ini; ia tidak percaya bahwa akan ada hal yang menarik di tempat terpencil tersebut. Namun candi-candi menawan ini juga berhasil menghindari kemurkaan para polisi moral India, yang dalam tahun-tahun terakhir melarang atau menghancurkan berbagai artefak budaya, mulai dari buku-buku Salman Rushdie sampai lukisan-lukisan karya MF Hussain.

Dari tadinya 85 candi, kini hanya tertinggal sekitar 20 candi. (Charukesi Ramadurai via BBC Indonesia)

Tetapi apa yang saya temukan lebih menarik daripada ukiran yang eksplisit dan cerita di balik ukiran-ukiran itu adalah kenyataan bahwa keluarga-keluarga yang berkunjung sepenuhnya terpesona pada penuturan cerita pemandu wisata saat ia menganalis ukiran yang lebih seru yang dipahat di dinding candi Kandariya Mahadeva.

Tidak ada yang mengerutkan alis, tidak ada wajah tampak malu saling berpandangan, tidak ada tawa cekikikan dilontarkan dari bibir-bibir muda. Mungkin seni tidak bisa dijadikan alasan untuk merasa keberatan jika berada dalam konteks religius – tetapi saya meninggalkan tempat ini dengan rasa yakin bahwa Khajuraho melalui dinding-dindingnya memberikan pelajaran toleransi yang jauh lebih besar untuk India.