Akibat Perubahan Iklim, Perubahan Warna Daun Musim Gugur pun Tertunda

By Sysilia Tanhati, Selasa, 30 November 2021 | 14:00 WIB
Penundaan perubahan warna daun karena iklim ternyata mengganggu siklus pertumbuhan dan istirahat tahunan pohon (Craig Adderley)

Nationalgeographic.co.id—Musim gugur adalah waktu yang istimewa dalam setahun banyak wilayah. Ini adalah saat di mana pepohonan tampil cantik dalam nuansa merah keemasan. Udara segar dan tidak terlalu dingin.

Tidak hanya itu, pesona dedaunan yang berubah warna ini juga menarik perhatian para wisatana. Musim gugur diperkirakan menghasilkan pendapatan pariwisata sebanyak $30 miliar per tahun dari Maine hingga Carolina, Amerika Serikat.

“Pegunungan di sini pada umumnya sangat indah,” kata Larry Deane, seorang fotografer profesional yang tinggal di kaki Pegunungan Blue Ridge di luar Asheville, Carolina Utara. "Anda menggabungkannya dengan warna musim gugur yang cerah dan itu benar-benar ajaib."

Namun musim gugur semakin hangat sebagai akibat dari perubahan iklim.

Oktober 2021 adalah Oktober terpanas keempat di dunia dalam rekor 142 tahun, menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional. Bagian timur laut Amerika Serikat, yang paling terkenal dengan dedaunan musim gugur, memanas lebih cepat daripada bagian lainnya.

Dari Vermont ke North Carolina, dedaunan musim gugur muncul lebih lambat dari biasanya. Suhu bukan satu-satunya penyebabnya. Curah hujan, cuaca ekstrem, dan infestasi serangga turut berperan dalam perubahan warna pepohonan ini. Perubahan iklim memengaruhi semua faktor tersebut, membuat waktu puncak musim gugur sulit diprediksi.

Terlebih lagi, penundaan terkait iklim dalam perubahan warna daun ternyata mengganggu siklus pertumbuhan dan istirahat tahunan pohon. Apa pengaruhnya bagi hutan—seberapa baik pohon tumbuh, di mana dapat hidup, dan apakah pohon dapat terus menyimpan karbon pada tingkat yang sama—masih diamati oleh para ilmuwan.

“Kita harus khawatir, bukan hanya tentang waktu perubahan untuk musim gugur, tetapi apakah itu dapat menyebabkan kehancuran hutan atau tidak,” kata ahli ekologi Universitas George Mason, Rebecca Forkner.

Seperti manusia, pohon harus bersiap menghadapi musim dingin. Sepanjang musim semi dan musim panas, daunnya menghasilkan pigmen hijau yang disebut klorofil yang menangkap sinar matahari. Klorofil memberikan energi untuk menciptakan gula dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk tumbuh dan bertahan hidup.

Saat suhu turun dan hari semakin pendek, ini menandakan berakhirnya musim tanam. Pohon merespons dengan mengakhiri produksi klorofil dan menyerap nutrisi yang tersisa.