Nationalgeographic.co.id—Hobbit, manusia kecil dari Flores ditemukan dalam lapisan tanah Liang Bua. Penemuan tanda-tanda awal ini mengisyaratkan kemungkinan terdapat lebih banyak tulang Homo floresiensis di gua tersebut.
H. floresiensis menjadi sensasi di seluruh dunia ketika dipertunjukkan satu dekade yang lalu. Sisa-sisa tulang yang rapuh ditemukan dalam sebuah gua di pulau Flores, Indonesia. Terdapat kisah yang luar biasa dari spesies kecil manusia awal yang memiliki tinggi sekitar 1 meter. Terlebih lagi, H. floresiensis hidup di kisaran 18.000 tahun yang lalu – lebih lama dari spesies manusia awal lainnya, termasuk Neanderthal, yang telah menghilang.
Namun, ada kontroversi terkait spesies hobbit, apakah H. floresiensis berbeda dengan Homo Sapiens. Setidaknya satu dari mereka memiliki beberapa penyakit dengan gangguan perkembangan otak. Para peneliti secara skeptis mengatakan alasan tengkorak tunggal hobbit yang ditemukan saat ini, memiliki otak tidak lebih besar dari simpanse.
Jalan Masuk yang Tersembunyi
Pada tahun 2006, Michael Gagan dan rekan-rekannya dari Universitas Nasional Australia, di Canberra mengunjungi gua, dan di salah satu sudut remang-remang mereka tersandung sebuah lubang curam dekat jalan masuk. Mereka memanjat ke bawah dan menemukan ruang lain.
Tim kini telah menggali lapisan atas sedimen di gua Liang Bua. Mereka menemukan tulang hewan, bersama dengan alat-alat batu yang beberapa abad atau milenium lalu, mungkin ditinggalkan di sana oleh manusia modern.
Tetapi lebih dalam lagi, lapisan yang lebih tua dalam ruang dapat berisi H. floresiensis, mereka mengatakan. "Siapa yang tahu apa tulang kuno menakjubkan bisa terkubur di sana?" Kata Gagan.
Selayaknya Rumah
Kerja tim juga menunjukkan bahwa selama 200.000 tahun terakhir, terdapat jalan masuk yang mudah untuk masuk ke ruangan tersebut, tepat di sebelah pintu masuk ke batu penampungan Liang Bua. Jadi mungkin, itu adalah permukiman hobbit, sebelum pintu depan terblokir.
Ada alasan lain mengapa ruang yang baru ditemukan menjadi penting. Di dalam Liang Bua, sedimen dan bukti hobbit berumur sekitar 100.000 tahun. Materi sebelumnya tampak telah terkikis, mengingat gua berada lebih rendah ke bawah, mungkin berisi beberapa sedimen.
Jika demikian, kita bisa mengumpulkan asal hobbit kemudian menyimpulkan, jika H. floresiensis adalah spesies yang terpisah dari H.Sapiens, terutama jika di gua baru ditemukan kedua tengkorak hobbit kecil dan aneh seperti yang pertama.
"Sampai penemuan tersebut dibuat, orang harus sangat berhati-hati tentang mengenali spesies baru," kata Robert Martin di The Field Museum, Chicago.
Gagan, yang mengambil spesialisasi iklim tropis kuno dibanding prasejarah manusia, berharap penggalian lebih lanjut gua akan diteruskan.
"Ini adalah harapan baru yang menginspirasi para arkeolog untuk pergi ke sana dan melihat-lihat," kata Gagan.