Mikroplastik Kita Mulai Mencemari Kawasan Terpencil Antarktika

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 3 Desember 2021 | 14:00 WIB
Laut Weddell, Antarktika, merupakan salah satu kawasan perairan kutub selatan yang terisolasi. Ternyata mikroplastik sudah mencapai kawasan ini. (Ronja Reese/Imaggeo)

Nationalgeographic.co.id—Pada 2019, Clara Leistenschneider untuk kali kedua dia menyambangi Laut Weddell, Antarktika, dalam ekspedisi. Tak sendiri, dia datang bersama tim peneliti dengan kapal Polarstern, demi sebuah pengamatannya terkait mikroplastik, sekaligus tugasnya sebagai kandidat doktor di Department of Environmental Sciences, University of Basel, Swiss.

Jika kalian melihat di peta, Laut Weddell adalah bagian Antarktika yang dekat dengan Amerika Selatan, dan langsung terhubung dengan Samudra Selatan dan Atlantik Selatan. Kawasan ini merupakan salah satu tempat terisolasi di Kutub Selatan, yang juga berkontribusi pada sirkulasi termohalin global--siklus arus samudra berskala besar karena dorongan panas.

"Ini adalah pertama kalinya studi lingkup ini dilakukan di Antarktika," ujar Leistenschneider, di Eurekalert. Lewat ekspedisi pertama dan kedua, dia mendapatkan 34 sampel air di permukaan Laut Weddell, dan 79 sampel di bawah permukaan.

Penelitian yang dilakukannya bersama tim mengungkap bahwa mikroplastik telah jauh menyusuri tempat terpencil yang sepi dari manusia, seperti Antarktika.

Mikroplastik didapati mereka setelah menyaring sekitar delapan juta liter air laut. Laporan itu tersedia secara daring di jurnal Environmental Sciences and Technology, Minggu 28 November.

Dia menambahkan, penelitian mikroplastik di Antarktika sebenarnya sudah pernah dilakukan, tetapi hanya di daerah yang mempunyai banyuak stasiun penelitian, laju transportasi, dan orang.

Penelitian sebelumnya dipimpin oleh Patricia Holm dari University of Basel dan Gunnar Gerdts dari Alfred-Wegener Insitute (AWI), dan berhipotesis bahwa Laut Weddell yang terpencil memiliki kandungan mikroplastik yang jauh lebih rendah.

Walau mengetahui adanya mikroplastik adalah hal penting, Leistenschneider menambahkanm "Tetapi penting juga untuk mengetahui plastik jenis mana yang muncul, untuk mengidentifikasi kemungkinan asalnya dan dalam kasus yang lebih baik untuk mengurangsi emsisi mikroplastik dari sumber-sumber ini."

Maka dari itu, setelah Leistenschneider dan tim menyaring partikel dari air laut, mereka juga menganalisis komposisi plastik.

Hasilnya, mereka menemukan ada 47 persen partikel yang dapat diidentifikasi sebagai mikroplastik yang terbuat dari plastik sebagai bahan pengikat dalam cat laut yang biasanya berasal dari kapal. Jenis cat yang ada dari pengamatan mikroplastik ini juga secara karakteristik visual, mirip dengan cat kapal yang ditumpangi tim, Polarstern.

Baca Juga: Gawat, Lubang Ozon Antarktika Tahun Ini Mencapai Ukuran Maksimum!

Analisis lanjut dilakukan di Center for Marine Environmental Sciences (Marum), University of Bremen, Jerman. Ternyata 89 persen dari 101 partikel mikroplastik dalam sampel, memang berasal dari kapal mereka. Sedangkan 11 persen sisanya berasal dari sumber lain.

"Sejumlah metode perbandingan harus digunakan untuk menentukan asal partikel cat," lanjut Leistenschneider. Cara yang diterapkan mengetahui asalnya dinilai sebagai yang akurat untuk membedakan fragmen cat yang ditemukan pada lingkungan terkontaminasi di wadah penelitian.

Padahal, studi terkait mikroplastik biasanya mengecualikan partikel yang mirip dengan cat pada sampel penelitiannya sendiri, sebagai kontaminasi tanpa analisis lebih lanjut.

Baca Juga: Penyusutan Es Antarktika Semakin Cepat Akibat Longsornya Lapisan Es

Lantas dari mana 11 persen sisa sampel itu? Para peneliti berpendapat sumber utamanya disebabkan lalu lintas kapal di Samudra Selatan.

Ada pun mikroplastik lainnya yang ditemukan adala polietilen, polipropilen, dan poliamida. Mikroplastik jenis ini adalah bahan untuk kemasan dan sejenis jaring ikan. Mengetahui asal-usul partikel mikroplastik merupakan hal yang memungkinkan, begitu juga asal dan penggunaannya untuk apa.

Para peneliti memandang lalu lintas pelayaran di Samudra Selatan telah meningkat belakangan ini, karena meningkatnya pariwisata dan penangkapan ikan di sekitar. Tetapi yang harus diperhatikan pun adalah ekspedisi penelitian itu sendiri yang mencemarinya.

"Mengembangkan cat laut alternatif yang lebih tahan lama dan ramah lingkunan akan memungkinkan untuk mengurangi sumber mikroplastik ini dan zat berbahaya yang terkandung di dalamnya," saran Leistenschneider.

 Baca Juga: Pergeseran Tektonik di Samudra Selatan Memicu Pendinginan Mendadak