Museum Nasional Ketransmigrasian Lampung, Rekam Jejak Transmigran Pertama

By , Selasa, 17 November 2015 | 17:00 WIB

Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dianugerahi wilayah luas dan kekayaan budaya. Tak hanya itu, Lampung juga memiliki alam yang memesona

Sejarahnya, provinsi paling selatan di Pulau Sumatera ini pernah menjadi daerah penempatan transmigrasi pertama di Indonesia. Kala itu, tahun 1905, pemerintah Hindia Belanda melakukan perpindahan warga dari Desa Bagelen, Karesidenan Kedu, Jawa Tengah, ke Gedong Tataan, Lampung.

Museum Nasional Ketransmigrasian yang berada di Jalan Ahmad Yani, Desa Bagelen, Gedong Tataan, Pesawaran, merupakan salah satu tempat untuk mengabadikan sejarah transmigrasi di Indonesia. Desa Bagelen dipilih karena alasan historis. Sebab, di sinilah terdapat 23 kepala keluarga (KK) yang hijrah ke Lampung kali pertama.

Saat tiba di pintu gerbang museum, pengunjung dihadapkan dengan bangunan megah berlantai dua dengan simbol Siger mengkilap di bagian atas beranda. Bagian luar gedung bercat putih kekuningan ini dihiasi ornamen gajah Lampung yang dipadu ukiran khas Jawa di bagian pintu masuknya.

!break!

Suasana klasik terasa saat kita melangkahkan kaki ke dalam museum. Tepat di tengah ruangan, ada patung dua lembu menarik 'luku' (alat pembajak sawah tradisional) dan gerobak kayu di sampingnya. Ini merupakan simbol profesi transmigran yang mayoritas adalah petani.

Di lantai satu terdapat beberapa ruangan koleksi yang berisi seperangkat gamelan dan wayang golek. Bersebelahan dengan ruang gamelan, tersedia perpustakaan yang dilengkapi beberapa komputer dan buku sejarah. Ada pula ruangan yang memamerkan furnitur tempo dulu berupa meja tamu, lemari, dan juga tempat tidur terbuat dari besi.

Satu ruangan yang tak boleh dilewatkan di lantai satu adalah ruang auditorium yang ditata laiknya bioskop untuk menikmati film dokumenter sejarah transmigrasi di Indonesia. Ruangan ini dilengkapi tempat duduk nyaman dengan kapasitas 80 orang.

Lalu berpindah ke lantai dua, terdapat deretan benda antik seperti sepeda ontel, peralatan dapur, perabot rumah tangga, alat penerangan, dan mata uang tempo dulu.

!break!

Pengunjung juga dapat menelusuri jejak perjalanan warga transmigrasi lewat diorama yang diselimuti bingkai kaca dan dihiasi lampu temaram.

"Ini saat warga baru turun di Pelabuhan Panjang. Lalu ini keseharian mereka, kegiatan di ladang dan kebun. Di sebelahnya adalah kehidupan warga transmigran yang sekarang sudah modern di Kota Terpadu Mandiri Kabupaten Mesuji," papar pemandu museum, Halim, saat mengantar Tribun berkeliling.

Kemudian di belakang museum, ada 11 anjungan rumah adat lengkap dengan patung dan perabot rumahnya.

11 anjungan yang tersedia adalah anjungan dari Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Suriname. Kesemua anjungan kecuali Suriname dan Lampung merupakan daerah asal warga transmigran.

Tak hanya itu, terdapat pula bola peluru besar berwarna hitam yang digunakan untuk membuka lahan. Dua bola peluru tersebut dikaitkan rantai sepanjang 40 meter lalu ditarik untuk merobohkan pohon dengan diameter 50 cm.