Elang Terbesar yang Pernah Hidup Berpesta seperti Burung Nasar

By Utomo Priyambodo, Jumat, 3 Desember 2021 | 10:00 WIB
Elang Haast (Hieraaetus moorei). (Copyright Katrina Kenny)

Nationalgeographic.co.id—Elang terbesar yang pernah hidup, berburu seperti elang-elang modern. Namun yang menarik, elang ini ternyata berpesta seperti burung nasar, menurut hasil studi baru.

Elang raksasa ini dikenal sebagai elang Haast. Dulu sewaktu masih berkeliaran di Bumi, elang ini mencengkeram dan menusuk mangsanya yang masih hidup dengan cakar dan paruhnya yang tajam. Namun elang ini memakan mangsanya yang telah mati seperti burung nasar: menebas bangkai dan memasukkan kepalanya jauh ke dalam rongga tubuh si bangkai untuk menelan organ dalamnya.

Para ilmuwan telah lama memperdebatkan apakah elang Haast (Hieraaetus moorei) adalah burung pemangsa seperti elang modern atau pemakan bangkai seperti burung pemakan bangkai. Kaki dan cakarnya menyerupai elang. Tapi fitur tengkoraknya seperti burung pemakan bangkai mengisyaratkan bahwa bentuk kepala elang ini mungkin disesuaikan untuk memakan hewan yang sudah mati.

Para peneliti baru-baru ini menyelesaikan pertanyaan ini dengan menggunakan model dan simulasi digital untuk membandingkan elang raksasa yang telah punah itu dengan burung-burung yang masih hidup. Analisis tengkorak dan cakar burung itu menunjukkan dengan tepat perilaku makan burung pemangsa yang sudah punah seperti elang, dan yang mirip dengan kebiasaan burung nasar.

Dulu sebelum punah, Elang Haast hidup di Selandia Baru dan beratnya bisa mencapai 15 kilogram. Panjang cakar elang bisa mencapat 9 sentimeter dan lebar sayapnya mencapai hampir 3 meter, menurut Wingspan National Bird of Prey Centre, sebuah organisasi konservasi Selandia Baru.

Elang raksasa ini terutama memakan moa. Moa adalah burung besar dan tidak bersayap yang sekarang sudah punah tetapi berlimpah di Selandia Baru sampai sekitar 800 tahun yang lalu.

Sekitar waktu itu, orang-orang Māori tiba di pulau itu dan mulai berburu moa dan menghancurkan habitat hutan burung tersebut, kata laporan studi pada tahun 2014. Orang-orang Māori menyebut elang raksasa itu sebagai "te hōkioi" atau "pouākai," yang berarti "tua pelahap."

Namun selera manusia akan moa-lah yang menghancurkan kehidupan elang itu juga. Saat jumlah moa di seluruh Selandia Baru makin menyusut, keberadaan elang itu juga ikut menghilang. Elang yang tak bisa menemukan moa jadi kelaparan dan akhirnya mati dan punah.

Tulang-tulang moa yang terawetkan yang dilukai oleh paruh dan cakar elang itu menunjukkan bahwa elang Haast memang memakan moa. Tapi apakah elang memangsa moa hidup-hidup, yang beratnya bisa mencapai 440 200 kilogram?

Studi sebelumnya yang menganalisis keseluruhan bentuk tubuh dan struktur cakar elang itu menemukan kesamaannya dengan tubuh dan cakar elang modern, mengisyaratkan bahwa elang Haast adalah burung pemburu. Namun, masih ada pertanyaan tentang fitur tengkorak seperti burung pemakan bangkai "seperti gulungan tulang di sekitar lubang hidung, yang tidak dapat dijelaskan oleh gaya hidup predator," kata Anneke van Heteren, penulis utama studi baru ini dan Kepala Bagian Mammalogi di Bavarian State Collection of Zoology di Munich, sebagaimana dilansir Live Science.

Baca Juga: Elang Jawa, Fakta Sains sampai Mitos Penjelmaan dari Garuda

Dalam penelitian ini, para ilmuwan membangun model digital 3D dari tengkorak, paruh, dan cakar elang Haast. Mereka kemudian membandingkannya dengan tulang dan cakar dari tiga spesies elang dan dua spesies burung nasar.

Mereka memodelkan otot dan menganalisis lusinan penanda pada tulang untuk menentukan bagian kaki dan tengkorak mana yang bekerja paling keras saat raptor yang punah itu berburu dan makan.

"Ketika Anda menempatkan kekuatan tertentu pada tengkorak, itu sedikit berubah bentuk, sehingga Anda dapat melihat bagaimana ia membungkuk saat makan atau saat berburu," kata van Heteren.

Baca Juga: Misterius Bertahun-Tahun, Ilmuwan Temukan Burung Hantu Elang Shelley

Para peneliti mengukur tingkat ketegangan di beberapa titik pada tengkorak elang itu. Mereka kemudian membandingkan pengukuran tersebut dengan titik-titik di lokasi yang sama di seluruh tengkorak burung lain.

Selama perilaku tertentu, seperti mencengkeram mangsa dalam cengkeraman maut dengan kaki mereka, nilai ketegangan untuk elang Haast mirip dengan elang modern lainnya, kata van Heteren. Paruhnya, dengan potensi untuk memberikan "gigitan maut", juga sangat mirip elang, "tetapi neurokranium, tempat semua otot leher menempel - itu jauh lebih mirip burung pemakan bangkai," kata van Heteren.

Ini menunjukkan bahwa meskipun elang Haast memang membunuh mangsa moanya yang besar, burung raksasa ini memakannya dengan cara yang sama seperti burung pemakan bangkai melahap bangkai. Elang raksasa ini memasukkan kepalanya ke dalam bangkai moa dan kemudian menarik dan menelan organ dan potongan otot moa tersebut.

"Moa ini tidak hanya mati karena usia tua dan kemudian dimakan. Mereka diburu secara aktif," kata van Heteren. "Tapi elang itu berburu moa raksasa yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri, yang memaksanya untuk makan seperti burung nasar memakan bangkai gajah."

Baca Juga: Elang Terbesar di Dunia Sedang dalam Bahaya karena Penggundulan Hutan