Ilmuwan Berhasil Membuat Peta 3-D Gunung Berapi Terbesar di Dunia

By , Selasa, 24 November 2015 | 17:30 WIB

Setelah 36 hari berjuang melawan hiu yang terus-terusan menggigiti peralatan mereka, para ilmuwan telah kembali dari Samudera Pasifik yang terpencil dengan cara baru untuk melihat gunung berapi terbesar dan paling misterius di dunia: Gunung Tamu.

Gunung Tamu (Tamu Massif) merupakan gunung berapi yang terletak di kawasan barat laut Samudera Pasifik, sekitar 1,600 km sebelah timur Jepang.

Tinggi Gunung Tamu yaitu 4.400 meter dari dasar samudera. Puncaknya tidak menembus permukaan samudera dan berada sekitar 2,000 m di bawah permukaan laut. Sedangkan lembahnya berkedalaman 6.4 km.

Tim ini telah mulai membuat peta 3-D yang menawarkan tampilan paling jelas dari gunung bawah laut itu, yang meliputi area seukuran New Mexico. Dalam beberapa bulan mendatang, peta akan disempurnakan dan data akan dianalisis. Tujuannya, untuk mencari tahu bagaimana asal mula gunung terbentuk.

“Ada kemungkinan bahwa tepi barat Gunung Tamu sebenarnya gunung terpisah yang terbentuk pada waktu yang berbeda,” kata William Sager, seorang ahli geologi di University of Houston sekaligus memimpin ekspedisi.

“Hal itu akan menjelaskan beberapa perbedaan antara bagian barat gunung dan bagian utama.

Tim juga menemukan bahwa Gunung Tamu sangat bopeng dengan kawah dan tebingnya.

Analisis magnetik memberikan beberapa pandangan terhadap genesis gunung, menunjukkan bahwa bagian itu terbentuk melalui pelepasan stabil dari lava sepanjang persimpangan tiga pegunungan di tengah laut. Sebuah teori yang ada saat ini menyatakan bahwa segumpal besar bebatuan panas dari mantel bumi mungkin telah berkontribusi atas panas dan bahan tambahan.

Gunung Tamu membentuk sebuah kubah bulat, atau perisai gunung berapi, berukuran 450-650 kilometer. Gunung ini 50 kali lebih besar dari gunung berapi aktif terbesar di Bumi, Mauna Loa di Hawaii .!break!

Sager menerbitkan sebuah makalah pada tahun 2013 yang mengatakan puncak utama Gunung Tamu kemungkinan besar gunung berapi tunggal, bukan kompleks beberapa gunung berapi yang hancur bersama-sama. Tapi ia tidak bisa menjelaskan bagaimana sesuatu yang begitu besar terbentuk.

Tim menggunakan sonar dan magnetometer (pengukur medan magnet) untuk memetakan lebih dari satu juta kilometer persegi dasar laut secara detail. Sager bekerja sama dengan Masao Nakanishi, mahasiswa Chiba University Jepang, dan menerima dukungan dana dari National Geographic Society dan Schmidt Ocean Institute.

Hiu Sialan

“Karena hiu sangat tertarik pada medan magnet, mereka menggigiti seluruh magnetometer kami, dan mereka bisa mengunyahnya!" kata Sager. Ketika tim mengganti magnetometer dengan perangkat cadangan, alat tersebut hampir dirusak oleh lebih banyak hiu.