Belakangan ini beredar kabar militan ISIS menggunakan obat ilegal yang disebut Captagon. Pil tersebut konon bisa membuat orang biasa menjadi "tentara super".
Captagon sebenarnya adalah kombinasi dua obat, theophylline dan amphetamin. Kombinasi tersebut bersifat tidak aktif di tubuh, tapi saat tubuh memecahnya menjadi dua komponen, masing-masinya akan aktif.
Theophlylline mirip dengan kafein, tapi memiliki efek membuat saluran napas terbuka, dan terkadang dipakai untuk mengatasi orang yang gangguan asma.
Amphetamin sebaliknya, adalah kandungan psikoaktif utama dalam captagon. "Amphetamin akan membuat segalanya menjadi lebih cepat," kata Richard Rawson dari UCLA Integrated Substance Abuse Program.
Amphetamin akan menghasilkan perasaan senang dan meningkatkan kewaspadaan, serta menurunkan rasa ingin makan dan tidur.
"Captagon, yang memiliki nama generik fenethylline, sebenarnya tergolong ringan dalam dunia amphematin dan obat yang mirip amphetamin," kata Rawson.
Carl Hart, Profesor Psikiatri dan Psikologi, juga mengatakan captagon lebih ringan dari pada obat Adderall. Keduanya dipakai untuk mengatasi orang dengan gangguan perilaku.
Captagon sudah dipakai sejak tahun 1960 - 1970-an untuk mengatasi orang dengan gangguan konsentrasi. "Memang tidak ada efek samping seperti stimulan lain, tapi manfaatnya juga tidak banyak dan lama kelamaan tidak dipakai," kata Rawson.
Obat tersebut selama beberapa waktu lebih populer di Timur Tengah. "Kecanduan obat itu telah jadi masalah di Arab Saudi selama beberapa dekade," katanya.
Efek fisik
Seperti halnya saat kita mengonsumsi amphetamin, minum pil captagon juga akan meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan kewaspadaan.
Efek lainnya sama dengan zat amphetamin lainnya. Orang yang mengonsumsinya akan merasa lebih berenergi, lebih agresif, dan sanggup bekerja lebih lama.
Pada dosis yang rendah, efek negatifnya juga sedikit. "Selama dosisnya diatur rendah, mungkin sama saja dengan saat kita mengonsumsi kafein," ujar Rawson.