Perlawanan Penambang di Virginia, Berujung Perang Ranjau Seabad Lalu

By Galih Pranata, Sabtu, 4 Desember 2021 | 13:00 WIB
Dua penambang batu bara duduk di sarang penembak jitu dengan senapan mesin selama Pertempuran Gunung Blair pada tahun 1921. (Wikimedia Commons)

"Penambang di Kabupaten Mingo, South Blair, telah bergabung dengan serikat pekerja. Sebagai pembalasan, perusahaan telah mengusir mereka dari rumah mereka," lanjut Zhorov.

Para penambang telah ditangkap dan ditahan di bui. Polisi negara bagian juga telah memutus pasokan makanan, membuat mereka menjadi kelaparan.

Ketegangan semakin memuncak saat detektif swasta yang bekerja untuk perusahaan batu bara, dengan berani membunuh simpatisan serikat pekerja bernama Sid Hatfield, seorang yang dianggap sebagai pahlawan di kalangan para penambang.

Satu minggu setelah pembunuhan, Frank Keeney (kakek buyut Chuck Keeney), pemimpin cabang Serikat Pekerja Tambang Virginia Barat memberikan serangkaian pidato kepada para penambang di ladang batu bara.

Baca Juga: Masa Kecil Dipa Nusantara Aidit dan Pertemanan dengan Buruh Tambang

Pidato Frank Keeney berisikan rencana untuk berbaris lebih dari 50 mil dari Charleston, Virginia Barat, ke Mingo County, untuk mendukung para penambang batu bara yang diusir.

Don Chafin, seorang Sheriff, merekrut sekitar 3.000 petugas penegak hukum, penjaga perusahaan batu bara, dan warga sipil. Mereka berjaga di Gunung Blair, dengan senapan mesin untuk menghalau pergerakan pendukung buruh.

Pasukan federal dikirim ke Virginia Barat untuk menghentikan pertempuran di Gunung Blair pada tahun 1921. (Wikimedia Commons)

Sekitar 10.000 hingga 15.000 di antara buruh tambang, dipersenjatai dengan senapan atau senjata apa pun yang mereka temukan selama perjalanan ke Gunung Blair.

"Tentara sheriff menghujani para penambang dengan peluru. Beberapa orang mengeklaim 1 juta putaran amunisi dihabiskan selama pertempuran, yang berlangsung dari 30 Agustus hingga 4 September 1921," imbuh Zhorov.

"Tidak ada catatan yang jelas tentang berapa banyak orang yang tewas dalam pertempuran itu— secara resmi, setidaknya ada 16 orang, meskipun beberapa di antaranya mendekati 100 orang," lanjutnya lagi.

Pemerintah federal harus mengirim pasukan untuk mengakhiri konflik. "Ini adalah peristiwa penting meskipun sebagian besar dilupakan dalam gerakan buruh negara ini," pungkasnya.

Satu-satunya yang menandai kisah pertempuran serikat buruh dan loyalis perusahaan adalah plakat perak kecil yang diletakkan di kaki gunung.