Lindungi Predator, Cacing Lapis Baja Asal 400 Juta Tahun Makan Sampah

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 6 Desember 2021 | 14:00 WIB
Cacing 'Excalibur' dan cacing 'Shuriken' (terlihat di sini) memiliki sistem pelat lapis baja yang tumpang tindih yang membuat mereka menjadi detritivora paling ksatria di blok tersebut. (Universitas Missouri/ Live Science)

Nationalgeographic.co.id—Cacing prasejarah telah ditemukan oleh sebuah tim ilmuwan internasional dari Amerika Serikat dan Australia, yang dipimpin oleh Sarah Jacquet di University of Missouri. Para peneliti telah mendokumentasikan penemuan dua spesies baru fosil cacing lapis baja di Australia yang bernama Lepidocoleus caliburnus dan Lepidocoleus shurikenus.

Cacing ini berasal dari sekitar 400 juta tahun yang lalu yang hidup selama periode Devonian, di tempat yang sekarang Australia. Kedua cacing itu mungkin hidup di terumbu karang di perairan dangkal yang sekarang menjadi bagian dari daratan Australia.

Mereka kemungkinan memakan sampah organik dan menggunakan pelat pelindung mereka untuk pertahanan dari pemangsa.

Untuk mempelajari seberapa terlindunginya makhluk-makhluk ini, penulis penelitian mengambil CT scan mikro dari fosil cacing untuk membuat model 3D digital dari pelat baja mereka.

"Dengan menggunakan CT scan mikro, kita hampir dapat memisahkan komponen individu dari baju besi," kata penulis utama studi Sarah Jacquet, asisten profesor ilmu geologi di University of Missouri, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Live Science.

"Kami dapat memanipulasi model virtual untuk menentukan bagaimana masing-masing potongan baju besi bergerak relatif satu sama lain, serta menentukan tingkat tumpang tindih di antara mereka," sambungnya.

Para peneliti menemukan bahwa cacing memiliki dua sistem pelindung yang tumpang tindih, yakni satu berjalan di sepanjang kerangka masing-masing cacing sementara yang lainnya menutupi kedua sisi makhluk itu.

Meski belum ada korelasi yang dibuat antara cacing ini dan spesies modern mana pun, Jacquet meyakini bahwa penelitiannya mampu memperdalam pemahaman tentang evolusi konvergen.

“Evolusi konvergen adalah di mana kelompok yang berbeda dan tidak terkait mengadaptasi fitur serupa,” tutur Jacquet.

“Baju besi ini merupakan adaptasi yang cukup unik. Berfungsi dengan baik untuk lingkungan tertentu dan melindungi dari predator tertentu, adaptasi serupa lainnya terdapat pada beberapa kelompok hewan yang tidak terkait, seperti trenggiling hingga kaki seribu,” papar Jacquet.

Cacing mungkin bisa meringkuk menjadi bola untuk menangkis predator dengan lebih baik - tetapi pada akhirnya, pertahanan yang mengesankan ini tidak menyelamatkan mereka dari menghilang dalam peristiwa kepunahan besar.

Kepunahan massal yang akan segera terjadi pada akhir periode Devon memusnahkan 75 persen kehidupan di Bumi, mulai 365 juta tahun yang lalu.

 

 

Fosil 'Cacing Excalibur' baru-baru ini ditemukan di daratan Australia. (Universitas Missouri/ Live Science)

Tidak lagi hilang dari sejarah, dua cacing ini, Excalibur dan Shuriken mungkin bisa lebih tenang sekarang karena mengetahui bahwa kisah hidup mereka yang berbahaya dan berani masih diceritakan 400 juta tahun kemudian. 

Jacquet memaparkan dinamai Lepidocoleus caliburnus menurut legenda Inggris kuno, 'Excalibur' adalah pedang ajaib yang digunakan oleh Raja Arthur yang legendaris, pelindung Inggris pada abad kelima dan keenam.

Semantara Lepidocoleus shurikenus dinamai karena kemiripannya dengan garis besar shuriken, kata dalam bahasa Jepang untuk melempar bintang, seperti yang dijelaskan dalam jurnal Papers in Palaeontology.

Baca Juga: Uniknya Cacing Penis, Mengapa Mereka Menarik dan Penting Bagi Laut?