Anak Penderita HIV-AIDS Masih Terima Perlakuan Diskriminatif

By , Minggu, 13 Desember 2015 | 12:00 WIB

“Gambar apa ini ? Kelinci. Dikasih warna apa? Biru. Kok biru? Kelinci kan warnanya putih…”

Itulah petikan pembicaraan seorang anak penderita HIV/AIDS dengan pembimbingnya di sebuah rumah binaan yang dikelola LSM Lentera di Solo – Jawa Tengah. Tak mempedulikan kondisi di sekitarnya, bocah laki-laki itu dengan serius mewarnai lembaran kertas bergambar kelinci dan hewan-hewan lain.

Sembilan bocah lain yang juga menderita HIV/AIDS melakukan aktivitas serupa ditemani beberapa pembimbing yang bekerja secara sukarela. Hampir semuanya menderita penyakit kulit dan batuk. Beberapa di antaranya bahkan menderita luka parah di telinga, yang sebagian bahkan harus ditutupi dengantissue.

Rumah binaan yang terletak di sebuah gang sempit di kota Solo ini sebenarnya tak pantas disebut sebagai rumah, karena hanya terdiri dari beberapa ruangan kecil yang digunakan sebagai tempat anak-anak beraktivitas dan konsultasi. Cat dindingnya sudah terkelupas, sementara lantainya yang berwarna kuning kecoklatan tampak kotor. [Baca Juga: Apa Beda antara HIV dan AIDS?]

Di salah satu sudut ruangan tampak tumpukan makanan balita dan beberapa botol obat anti-retroviral atau ARV. Obat ARV ini dinilai cukup efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan pencegah penularan HIV/ADIS, serta mencegah kematian. Untuk memudahkan pemantauan, daftar nama anak-anak dan jadwal minum obat ARV ditempel di salah satu dinding ruangan. [Baca: 3BNC117, Obat Pertama Pembunuh Sel HIV]

Obat Anti-Retroviral Efektif Bantu Penderita HIV

Obat ARV dinilai cukup efektif untuk membantu anak-anak itu sembuh dari penyakit akibat dampak berkurangnya sistem kekebalan tubuh. Hal serupa disampaikan Ketua Kelompok Studi Khusus AIDS FKUI Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi SpPD-KAI dalam peringatan Hari AIDS Sedunia di Jakarta hari Senin (30/11), yang mengatakan ARV sangat berperan menekan jumlah penderita HIV/AIDS di dunia.

Di Indonesia, meski tergolong baru tetapi hasil yang diperlihatkan cukup baik. Menurutnya setelah enam bulan pemakaian, hampir 90% orang yang menggunakan ARV terbukti tidak mengidap virus itu lagi. Tetapi jika ARV tidak diminum lagi, maka dalam waktu dua bulan HIV akan kembali menjangkiti orang yang bersangkutan. ARV juga diketahui menimbulkan daya resistensi yang cukup baik dan bisa dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak-anak.!break!

Anak Penderita HIV/AIDS Dijauhi Keluarga dan Masyarakat

Ditemui VOA akhir pekan lalu, pengelola rumah binaan LSM Lentera, Puger Mulyono mengatakan anak-anak yang dibinanya adalah balita yatim piatu yang tertular HIV/AIDS dan orang tua mereka.

“Begitu positif menderita HIV/AIDS, mereka dibuang keluarganya. Biasanya salah seorang atau kedua orang tuanya sudah meninggal, sementara keluarga lain tidak bersedia menampung mereka,” ujar Puger. 

Puger Mulyono menjelaskan bahwa beberapa anak ini ada yang diserahkan langsung kepada LSM Lentera, tetapi banyak pula yang ditemukan di tempat yang tidak seharusnya, seperti di kandang ayam. [Baca juga: HIV/AIDS dan Budaya Patriarki di Indonesia]

“Ketika kami temukan ada yang sudah menderita penyakit lain seperti TBC dan penyakit kulit, luka parah di telinga, kondisi mata yang hampir buta dan lain-lain,” kata Puger lebih lanjut.