Tinggalkan Reklamasi, Saatnya Hidup di Atas Air

By , Senin, 14 Desember 2015 | 19:30 WIB

Naiknya level air laut dan defisit lahan kosong, membuat bangunan di atas air mulai dipertimbangan sebagai masa depan kehidupan. Sudah banyak proyek pembangunan berkaitan dengan hal itu, mulai dari perumahan di atas Sungai Thames, London, hingga kota amphibi di China.

Di masa depan, orang-orang diperkirakan akan hidup dan bekerja di atas air. Kebijakan membuat pertahanan anti-banjir mulai mengubah kondisi bahwa laut dan sungai bisa dijadikan sebagai tempat tinggal.

"Mengingat dampak perubahan iklim, kita bisa mulai berpikir tentang kesempatan hidup dengan air daripada harus menentangnya dan malahan melakukan reklamasi lahan," jelas arsitek, Kunle Adeyemi.

Adeyemi, merupakan perintis studio Belanda, NLE yang telah menciptakan beberapa bangunan akuatik di pesisir Afrika, termasuk sekolah mengapung Makoko di Lagos, Nigeria dan sebuah stasiun radio di Delta Niger. Kedua bangunan itu merupakan bagian dari proyek "African Water Cities" yang bertujuan menciptakan infrastruktur baru di area dekat air.

Belanda, tempat Adeyemi dibesarkan, memiliki lebih dari seperempat daratan terletak di bawah permukaan laut, memimpin dunia dalam pengelolaan air. Selain itu, negeri kincir angin tersebut juga mengembangkan kebijakan perencanaan canggih yang mendorong hidup berbasis air. Belanda kini tengah membangun koloni rumah terapung di atas Sungai Amsterdam. Pembangunan itu diperkirakan mampu menampung 18.000 rumah baru untuk menanggulangi backlog perumahan di kota.

!break!

"Kami tahu bahwa kebijakan yang ada sekarang lebih maju di beberapa negara karena mereka sudah melakukannya selama beberapa tahun dan kebijakan di tempat lain rasanya memerlukan beberapa perbaikan," papar Adeyemi.

Pengelolaan air milik Belanda saat ini tengah disusun sebagai pertimbangan kebijakan di Indonesia, Amerika, Inggris, Mozambik, dan Etiopia. Adeyemi menambahkan bahwa seluruh dunia saat ini perlu mengikutinya. Bukan hanya arsitek, Tracy Metz, peneliti dari Harvard yang telah bertahun-bertahun meneliti strategi arsitektur dan infrastruktur terintegrasi air juga percaya bahwa perubahan kini sedang terjadi. Desain di kota-kota terintegrasi air benar-benar salah satu acuan desain dan arsitektur sekarang. 

"Membangun di atas air adalah tentang membuat kota menjadi fleksibel, lantas bagaimana cara kita menggunakan ruang yang kadang basah dan kadang kering ini," terang Tracy saat menjadi pembicara di konferensi What Design Can Do di Sao Paulo, pekan ini.

London Ikuti Jejak Belanda

London Floating House telah diselesaikan pada 2014 lalu oleh Baca Architects (kompas.com)

Pada tahun 2012, Alex de Rijke dari firma arsitektur London, dRMM memanggil seluruh arsitek untuk melihat upaya Belanda sebagai solusi menangani krisis perumahan di Inggris.

"Di Inggris, kami tidak kekurangan air dan hujan tetapi kami kekurangan rumah dan lahan untuk membangun," kata Alex.

Sejak saat itu, firma arsitektur Inggris lainnya mengajukan permohonan untuk bisa mereplika rumah mengapung di Amsterdam guna dikembangkan di kanal-kanal air Inggris.