Sofia (20) mendongakkan kepala melihat sebuah batu besar tepat di atasnya. Dengan bersemangat, ia melangkahkan kaki menyusul tiga temannya meniti tangga beton menuju mulut goa. Ia terperangah begitu tiba di mulut Goa Batu Hapu. ”Wow, indah sekali,” katanya.
Rabu (11/11/2015) siang itu, Sofia diajak tiga temannya mengunjungi Goa Batu Hapu, obyek wisata alam di Desa Batu Hapu, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Mereka berangkat dari Martapura, Kabupaten Banjar, dengan mengendarai mobil, menempuh jarak sekitar 65 kilometer.
”Goanya bagus dan unik. Enggak nyangka kalau ada tempat wisata seperti ini di Kalimantan Selatan,” ujar Sofia yang baru pertama kali ke Goa Batu Hapu. Namun, ia menyayangkan banyak bekas coretan di bibir goa akibat vandalisme para pengunjung.
Bagi Yannur (17), teman Sofia, Goa Batu Hapu memiliki daya tarik tersendiri karena menyajikan panorama alam yang indah dan udara yang sejuk. ”Inilah yang membuat saya ingin datang lagi ke tempat ini,” kata Yannur, yang dalam tahun ini sudah dua kali berkunjung ke Goa Batu Hapu.
Goa Batu Hapu merupakan sebuah goa karst yang luas dengan mulut goa yang besar. Ada dua bibir goa yang sudah terhubung dengan tangga beton sehingga memudahkan pengunjung masuk ke goa.
Di dalam mulut goa, stalagmit (susunan batu kapur berbentuk kerucut yang berdiri tegak di lantai gua) dan stalaktit (batangan kapur yang terdapat pada langit-langit goa dengan ujung meruncing ke bawah) yang terbentuk secara alami sungguh memukau. Dari langit-langit goa yang berlubang, cahaya matahari menembus masuk.
Sesekali, kelelawar terbang keluar dan masuk mulut goa. Suara kelelawar terdengar semakin berisik saat masuk lebih dalam ke goa dengan melewati jembatan besi. Suasana di dalam goa gelap gulita karena tidak ada lampu penerangan meskipun kabel dan sakelar listriknya sudah terpasang lama.
”Goa ini dibiarkan ’mati suri’ cukup lama. Tahun ini, baru dihidupkan lagi sebagai obyek wisata dan mulai ramai dikunjungi sejak pertengahan tahun,” kata Subianto (40), petugas jaga dan kebersihan obyek wisata Goa Batu Hapu.
!break!Menurut legenda yang beredar di masyarakat setempat, Goa Batu Hapu terbentuk dari kapal seorang anak durhaka bernama Angui. Ia dikutuk oleh Nini Kudampai, ibu kandungnya, seorang janda miskin. Penyebabnya, Angui yang sukses pergi merantau dan berhasil mempersunting putri raja Keling enggan mengakui ibunya saat kembali ke kampung.
Goa Batu Hapu relatif mudah dijangkau. Akses jalan daratnya sudah bagus meski ada dua jembatan beton yang sedang dikerjakan dan satu jembatan masih menggunakan kayu. Dari Jalan Trans-Kalimantan di Pasar Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, jaraknya sekitar 15 kilometer.
Saat melewati jalan tersebut, udara terasa sejuk dan segar dengan pemandangan hijau pohon-pohon karet yang berjajar rapi di kanan-kiri jalan. Sesekali tercium aroma karet yang menyengat hidung saat melewati jalanan yang menanjak, menurun, dan berkelok-kelok itu.
Dari Bandar Udara Syamsudin Noor di Kota Banjarbaru, Goa Batu Hapu berjarak sekitar 80 kilometer atau sekitar 110 kilometer dari Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalsel.
Untuk menikmati keindahan goa karst tersebut, setiap pengunjung dewasa ataupun anak-anak cukup membayar retribusi Rp 2.500 per orang, termasuk saat hari libur.