Mengintip Industri Kapal Karangsong

By , Jumat, 18 Desember 2015 | 07:00 WIB

Yang tak kalah penting dan menentukan hasil melaut adalah alat tangkap beserta alat pendukungnya. Besarnya jumlah ikan yang berhasil dibawa pulang sangat tergantung pada alat tangkap, mesin penggulung dan pengumbar jaring. Jenis dan ukuran jaring ditentukan oleh posisi penangkapan ikan. Apakah di permukaan laut, di tengah atau lebih dalam.

Daerah jelajah kapal mencakup samudera luas. “Biasanya hanya di Laut Jawa dan Bangka Belitung, Tapi akhir-akhir ini hingga Pekanbaru.”

Saat berangkat melaut, satu kapal bagaikan memboyong seluruh isi toko grosir. Untuk bertahan di laut, anak buah kapal dan nahkoda dibekali segala macam kebutuhan hidup. Ini termasuk bahan bakar, es atau freezer, dan air tawar.

 “Biaya perbekalan sekarang naik. Kapal 30 GT, bekalnya sampai Rp125 juta untuk satu bulan hingga 50 hari. Kapal di bawah 30 GT mungkin Rp70 juta, maksimal melaut 20 hari sampai sebulan. Lewat dari itu, perbekalan pasti tidak cukup,” Ali memaparkan seluruh biaya perbekalan. Dia paham di luar kepala. “Kapal 60 GT yang biasa melaut 2 - 2,5 bulan, butuh bekal Rp 500 juta.”

Dengan besarnya biaya melaut, tak heran setiap kapal dibebani target. Perbekalan Rp300 juta misalnya, menuntut hasil tangkapan sampai Rp1,5 miliar. Sementara kapal 30 GT, target tangkapan sedikitnya Rp500 juta. “Kehidupan nelayan bisa dikatakan lumayan kompleks: mulai dari juragan, nahkoda, anak buah kapal sampai sarana pendukungnya. Ini bisnis besar,” ungkap Ali.