Bagaimana Ilmuwan Ini 'Menghidupkan' Kembali Aroma Tanaman yang Punah?

By Sysilia Tanhati, Senin, 6 Desember 2021 | 08:15 WIB
Anda tidak ingin memikirkan tentang kepunahan dan betapa suramnya itu. Bayangkan keragaman yang kita hilangkan setiap hari. (P. F. Siebold)

Nationalgeographic.co.id—Saat telepon menjadi penemuan terbaru, William Howard Taft adalah presiden AS terakhir yang mencium aroma Hibiscadelphus wilderianus di alam liar. Merupakan kerabat jauh dari bunga kembang sepatu Hawaii yang terkenal, pohon ini berasal dari pulau Maui.

Kemungkinan besar H. wilderianus punah antara tahun 1910 dan 1913. Spesies terakhir ditebang oleh peternak untuk membuka lahan.

Lebih dari satu abad kemudian, sekelompok ilmuwan bertanya-tanya apakah kepunahan benar-benar akhir dari kisah spesies tersebut. Meski tidak terlihat lagi di alam liar, apakah tanaman ini dapat dihidupkan kembali, setidaknya sebagian?

“Kami duduk-duduk dan berpikir, Bagaimana jika kami bisa menciptakan Jurassic Park?” kata Christina Agapakis, direktur kreatif di Ginkgo Bioworks, sebuah perusahaan biotek yang berbasis di Boston.

Dalam lima tahun, mereka membuka jendela aromatik ke masa lalu. Menggunakan rekonstruksi DNA dan biologi sintetik, sekelompok ilmuwan ini menghidupkan kembali aroma juniper asam dari pohon Hawaii yang punah.

Menghidupkan kembali aroma bukan hanya tentang mencium sesuatu yang sudah tidak ada lagi, kata Sissel Tolaas, seorang peneliti dan seniman.

"Bau atau aroma berkaitan dengan memori dan emosi," katanya. Membangkitkan aroma yang telah lama hilang adalah cara untuk merasakan kembali memori yang menghilang, aroma masa lalu.

Saat ini diperkirakan 40 persen tanaman di bumi berada dalam bahaya kepunahan, menurut laporan tahun 2020 oleh Royal Botanic Gardens, Kew. Banyak lagi yang akan hilang bahkan sebelum para ilmuwan menyadari keberadaannya.