Penyebab dan Cara Atasi Kebiasaan Menggertakkan Atau Mengatupkan Gigi

By Maria Gabrielle, Kamis, 9 Desember 2021 | 14:00 WIB
Menggertakkan gigi lebih sering dari yang biasanya lambat laun membuat gigi menjadi aus serta otot rahang menjadi kaku dan lelah. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Bruxism merupakan kondisi ketika seseorang menggertakkan atau mengatupkan giginya. Para dokter gigi melaporkan kebiasaan ini mengalami peningkatan sejak pandemi COVID-19 dimulai.

Pada bulan November lalu, ABC melaporkan bahwa dokter gigi telah memperhatikan peningkatan dramatis dalam masalah yang berhubungan dengan menggertakkan gigi. Presiden dari Australian Dental Association Cabang Victoria, Jeremy Sternson mengatakan 2021 merupakan tahunnya gigi retak.

"Biasanya dalam setahun Anda mungkin melihat segelintir pasien ini, tetapi kami melihat tiga atau empat pasien ini setiap hari," kata Jeremy Sternson kepada ABC.

Dilansir dari The Conversation, gejala dari kondisi ini dapat mencakup nyeri pada gigi dan gusi termaskuk sendiri rahang dan otot. Rasa sakit yang ditimbulkan dapat melemahkan dan secara signifikan mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Para ahli seperti Dale Howes, seorang Associate Professor of Prosthodontics, Universitas Sydney dan Alexander Holden, Clinical Associate Professor, Universitas Sydney memberikan penjabaran mengenai mengatupkan dan menggertakkan gigi.

Gigi atas dan bawah manusia dirancang untuk ‘bertemu’ saat dibutuhkan, seperti saat menggigit atau mengunyah makanan. Secara alami, kita hanya menghabiskan sebagian kecil waktu dalam sehari untuk mengunyah.