“Ini, tentu saja, apa yang kami pikirkan dan harapkan karena ini menegaskan pengukuran kami sebelumnya. Tapi sekarang, masalahnya tetap, teori memprediksi bahwa pasti ada materi gelap di AGC 114905, tetapi pengamatan kami mengatakan tidak ada. Perbedaan antara teori dan observasi hanya semakin besar.” tutur Piña, seperti dilansir Tech Explorist.
Dalam publikasi ilmiah mereka, para peneliti membuat daftar penjelasan yang mungkin untuk kurangnya materi gelap satu per satu. Misalnya, AGC 114905 bisa saja terlepas dari materi gelap karena terpengaruh oleh galaksi-galaksi besar di dekatnya.
“Tapi tidak ada. Dan dalam kerangka pembentukan galaksi yang paling terkenal, yang disebut model materi gelap dingin, kita harus memperkenalkan nilai parameter ekstrem yang jauh melampaui kisaran biasanya. Juga dengan dinamika Newtonian yang dimodifikasi, sebuah teori alternatif untuk materi gelap dingin, kita tidak dapat mereproduksi gerakan gas di dalam galaksi.” jelas Piña.
Baca Juga: Ekspansi Alam Semesta Berdampak Langsung pada Pertumbuhan Lubang Hitam
Namun, para ilmuwan juga percaya bahwa sudut di mana mereka mengamati galaksi bisa menjadi satu asumsi lagi yang bisa mengubah kesimpulan mereka.
"Tapi sudut itu harus sangat menyimpang dari perkiraan kami sebelum ada ruang untuk materi gelap lagi," kata rekan penulis Tom Oosterloo dari ASTRON.
Sementara itu, para peneliti sedang memeriksa galaksi kerdil ultra-difusi kedua secara lebih rinci. Jika sekali lagi mengamati tidak ada jejak materi gelap di galaksi itu, itu akan membuat kasus galaksi bebas dari materi gelap menjadi lebih kuat.
Penelitian Mancera Piña dan rekan-rekannya bukanlah kasus yang terisolasi. Sebelumnya, misalnya, Pieter van Dokkum dari Amerika Belanda (Universitas Yale, AS) pernah menemukan galaksi yang hampir tidak memiliki materi gelap. Namun, jika dibandingkan dengan teknik dan pengukuran Mancera Piña bersama rekannya jauh lebih kuat.
Baca Juga: Lubang Hitam Ditemukan Sembunyi dalam Gugus Bintang di Luar Bimasakti