Evolusi Pasar Natal di Jerman, Sempat Dijadikan Alat Politik Nazi

By Sysilia Tanhati, Kamis, 9 Desember 2021 | 11:00 WIB
Tidak hanya menjual pernak-pernik Natal, pasar ini meberikan pengalaman suara, aroma, visual, dan keberadaan pengunjung. (LH DD/Dittrich)

Nationalgeographic.co.id—Setiap bulan Desember, pasar Natal mengubah alun-alun utama kota-kota di seluruh Eropa menjadi negeri musim dingin yang indah. Pondok kayu dihiasi lampu berkelap-kelip untuk menarik pengunjung.

Selain ornamen Natal, secangkir glühwein hangat atau anggur yang sudah matang juga menjadi daftar minuman yang wajib dicoba. 

Di Jerman saja—di mana tradisi pasar Natal berawal—terdapat sekitar 2.500 hingga 3.000 pasar Natal setiap tahunnya. Sayangnya, lonjakan kasus COVID-19 membuat para pecinta pasar Natal harus menghadapi liburan tanpa tradisi ini.

Bukan hanya sekedar pasar belaka, beberapa sejarawan menekankan pentingnya praktik budaya ini. Mereka berpendapat bahwa pasar Natal Jerman harus dimasukkan dalam daftar warisan budaya takbenda UNESCO.

“Apa yang membuatnya begitu penting bukan hanya membeli hiasan,” kata Dirk Spennemann, profesor asosiasi dalam manajemen warisan budaya di Universitas Charles Sturt Australia. Menurutnya, pasar Natal mencakup pengalaman suara, aroma, visual, dan keberadaan pengunjung.

Bagaimana awal mula pasar Natal hingga menjadi suatu tradisi yang sayang untuk dilewatkan?