Planet Sembilan yang Mengintip Dari Tepi Tata Surya

By , Selasa, 2 Februari 2016 | 07:00 WIB

Planet X ! Terminologi ini tentu tidak asing bagi para penggemar teori konspirasi. Tapi istilah ini pertama kali muncul ketika Percival Lowell memprediksi kehadiran sebuah planet lain yang ikut mengganggu orbit Uranus dan memulai pencarian planet ke-9.

Singkat cerita, setelah kematian Lowell, Clyde Tombaugh menemukan Pluto. Tapi Pluto terlalu kecil untuk bisa mengganggu orbit Uranus.  Akan tetapi ide tentang planet lain di tepi Tata Surya masih bertahan. Baik dalam konteks pencarian lewat pengamatan maupun oleh para penggemar teori konspirasi.

Kehadiran sebuah planet lewat perhitungan matematika bukan hal baru. Setidaknya sejarah mencatat demikian. Neptunus adalah planet pertama yang ditemukan lewat perhitungan oleh John Couch Adams dari Inggris, dan Urbain Jean Joseph Le Verrier dari Perancis, secara terpisah. Keduanya memprediksi kehadiran sebuah planet besar yang mengganggu orbit Uranus.

Perhitungan yang dilakukan kemudian dikonfirmasi oleh pengamatan. Neptunus diamati oleh Johann Gottried Galle di Observatorium Berlin berdasarkan perhitungan Le Verrier.  Ada perhitungan yang berhasil, ada juga yang gagal. Kehadiran planet Vulkan di antara Merkurius dan Matahari tak pernah ditemukan.

Nah, satu abad setelah Percival Lowell memperkirakan kehadiran planet X, perhitungan yang sama kembali diajukan untuk menemukan planet ke-9!

Kali ini hasil perhitungan tersebut diajukan oleh Konstantin Batygin dan Mike Brown. Pemodelan matematika dan simulasi komputasi yang dilakukan keduanya memberi indikasi kehadiran planet masif diarea Sabuk Kuiper yang diberi kode Planet Sembilan. Nama Planet Sembilan digunakan sebagai indikasi pengganti dari Pluto si planet ke-9 yang sudah diklasifikasi ulang sebagai planet katai. Pada tahun 2003, Mike Brown menemukan Eris yang ia sebut kandidat planet ke-10 yang kemudian memicu kontroversi pendefinisian ulang planet oleh IAU.

Nama lain yang digunakan untuk planet Sembilan adalah George, Planet of the Apes, Jehoshaphat dan Phattie.

Kedua peneliti dari Caltech ini menemukan bukti ada planet yang dikategorikan sebagai planet Bumi-super yang massanya sekitar 10 massa Bumi, di tepi Tata Surya. Tepatnya di area sabuk Kuiper. Planet ini diprediksi memiliki orbit yang lonjong dan posisi terdekatnya dari Matahari pun sekitar 200 AU atau hampir 20 kali jarak Neptunus – Matahari! Bahkan planet ini butuh waktu 10.000 – 20.000 tahun untuk bisa mengelilingi Matahari.

Tapi, yang perlu diingat, planet ini masih belum dikonfirmasi keberadaannya lewat pengamatan. Jadi secara resmi, planet Sembilan ini belum ada.

!break!

Pencarian planet Sembilan. Dalam gambar Orbit obyek Sabuk Kuiper, Planet Sembilan dan area yang diamati oleh teleskop Subaru. (JPL Batygin & Brown/Caltech - diagram A. Cuadra-Science)

Pencarian Planet Sembilan

Pencarian planet Sembilan dimulai tahun 2014 saat Chad Trujillo dan Scott Sheppard menemukan obyek Sabuk Kuiper 2012 VP113 yang jarak terdekatnya dengan matahari 80 AU. Obyek Sabuk Kuiper yang dipanggil Biden tersebut merupakan obyek kedua yang memiliki orbit sangat jauh. Obyek lainnya ada Sedna yang perihelionnya 76 AU. Dari orbit Biden dan Sedna inilah, dibangun dugaan tentang keberadaan planet masif lainnya yang bersembunyi di balik kegelapan, menggembalakan benda-benda kecil di tepi Tata Surya.

Hal inilah yang mengawali kolaborasi astronom teoretis Konstantin Batygin dan astronom pengamat Mike Brown untuk mencari tahu keberadaan planet masif tersebut. Menariknya lagi, tujuan awalnya justru bukan untuk menemukan planet baru tapi untuk membuktikan kalau ide planet masif itu hanya ide gila lainnya. Selama beberapa dekade pencarian planet lain di tepian Tata Surya tidak pernah membuahkan hasil. Bahkan survei WISE atau Wide-Field Infrared Survey Explorer tidak berhasil menemukan planet masif seukuran Jupiter dan Saturnus di area Sabuk Kuiper yang kemudian mematahkan teori kehadiran planet Tyche.