Tindakan pengasapan atau fogging menjadi andalan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti penyebar virus demam berdarah dengue. Sayangnya cara ini sering tidak efektif. Setelah fogging dilakukan seringkali masih bermunculan kasus demam berdarah dengue (DBD) baru.
Peneliti Perubahan Iklim dan Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) DR. Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSc mengatakan, munculnya kasus DBD baru mungkin saja karena fogging yang dilakukan ternyata tidak efektif membasmi nyamuk.
“Fogging yang dilakukan selama ini apa sudah dicek pemakaiannya benar atau enggak. Secara teknis harus cermat, baik alat hingga waktunya,” ujar Budi. Menurut Budi ada beberapa penyabab fogging menjadi tak ampuh membasmi nyamuk.
1. Dosis
Budi mengtakan, dosis yang dimasukkan ke dalam mesin fogging harus tepat. Hasil pembakaran insektisida seperti malathion dan solar akan mengeluarkan asap yang seharusnya membuat nyamuk mati jika dosisnya tepat. Jika tidak, nyamuk hanya pingsan kemudian hidup kembali.
“Kalau dosisnya tepat maka yang keluar asap. Kalau dosis enggak tepat, yang keluar hanya minyak. Lantai licin (setelah fogging), kalau seperti sudah itu jelas dosisnya enggak tepat,” jelas Budi.
2. Mesin fogging
Meski mesin fogging sangat sederhana, perlu juga diperhatikan kulitas alat yang akan digunakan. Petugas yang mengunakan mesin fogging sebaiknya mengecek terlebih dahulu lubang alat pemercik atau nozzle. Jika mesin fogging sudah terlalu lama dan nozzle tidak diganti, maka asap yang dikeluarkan tidak optimal.
3. Radius
Nyamuk akan terbang sejauh sekitar 140 meter dari tempat mengigit korbannya. Untuk itu, penyemprotan pun seharusnya dilakukan minimal radius 140 meter atau sekitar 200 meter dari lokasi rumah pasien DBS.
“Nyamuk kalau gigit kan cuma orang di sekitarnya aja. Makanya perlu di fogging sampai 200 meter, nyamuk ini enggak ke mana-mana,” jelas Budi.
4. Waktu
Fogging harus dilakukan segera mungkin atau setidaknya satu sampai dua hari setelah ditemukan warga yang terkena DBD. Jika tidak, sama saja telah memberi kesempatan nyamuk pembawa virus untuk menularkan ke lebih banyak orang lagi. Menurut Budi, nyamuk Aedes aegypti bisa kembali mengigit tiga sampai lima hari kemudian. “Jadi jangan kelamaan, harus uber-uberan dengan nyamuk yang mau mengigit lagi,” kata Budi.