Selain identik dengan warna merah, imlek juga sangat dekat dengan kue keranjang. Kue keranjang mulai ramai dicari dan dijual pada hari-hari mendekati tahun baru imlek. Namun kira-kira apa yang membuat kue keranjang ini harus ada serta sangat dekat dengan perayaan imlek?
Kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajkan pada saat perayaan imlek. Kue keranjang (ada juga yang menyebutnya dengan kue ranjang) dalam bahasa mandarin disebut juga dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk Keranjang. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.
Kue keranjang mulai digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru imlek, dan pada malam menjelang tahun baru imlek. Kue ini biasanya juga tidak dimakan makan hingga hari Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru imlek.
(Baca juga: Perayaan Imlek di Indonesia dari Masa ke Masa)
Dalam dialek Hokkian, Ti Kwe memiliki arti sebagai 'kue manis' yang sering disusun tinggi bertingkat-tingkat dengan penyusunan dari bawah hingga atas semakin kecil yang memiliki arti sebagai peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Di negara asalnya, terdapat sebuah kebiasaan untuk menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat tahun baru dengan harapan mendapatakan keberuntungan dalam pekerjaan .
Legenda raksasa Nian
Ada sebuah mitos dalam sejarah terciptanya kue keranjang atau Nian Gao. Pada zaman China kuno, ada seekor raksasa yang bernama 'Nian' tinggal di sebuah gua yang berada di gunung, dan akan keluar dari gua untuk berburu hewan ketika merasa lapar.
Pada musim dingin, hewan-hewan banyak yang berhibernasi dan membuat Nian ini turun ke desa-desa dan mencari korban untuk disantap ketika ia lapar Banyak masyarakat desa hidup dengan ketakutan dengan Nian selama beberapa dekade.
Sampai akhirnya ada seorang warga desa yang bernama 'Gao' memiliki akal yang cerdik dengan membuat beberapa kue sederhana yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula ini kemudian diletakkan di depan pintu untuk diberikan kepada Nian.
Ketika Nian turun untuk mencari mangsa, Nian tidak lagi mencari manusia untuk dijadikan sebagai santapan namun menemukan kue-kue keranjang ini di depan pintu dan menyantapnya hingga kenyang dan kemudian pergi meninggalkan desa.
Setelah Nian pergi kembali ke gunung, warga desa senang karena akhirnya mereka tidak menjadi santapan Nian. Sejak saat itu, penduduk desa membuat kue keranjang pada setiap musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan manusia. Juga untuk mengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian memburu manusia dan menemukan kue beras ini, para penduduk desa menamakan kue ini sebagai "Nian Gao."
Selain menurut legenda raksasa Nian, kue keranjang juga ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Tungku, Cau Kun Kong agar membawa laporan yang menyenangkan kepada Raja Surga, Giok Hong Siang Te.