Sore itu saya berada ruang serbaguna yang terletak di samping klenteng Poo An Bio. Ruang sederhana tempat latihan bulu tangkis itu disulap menjadi ruang dengan tata panggung meriah dan berisi puluhan meja bundar untuk jamuan makan malam jelang Tahun Baru Imlek. Layar panggung bergambar gerbang khas Cina dengan imaji tiga dewa sebagai pusat perhatian. Di atasnya tertulis semboyan ‘Bersama Membangun Lasem’.
Rudy Hartono, pemilik rumah merah Tiongkok Kecil Heritage dan ketua panitia perayaan Tahun Baru Imlek berkata kepada saya, “Saya ingin menyampaikan agar Lasem mendapat perhatian dari pemerintah daerah ya, terutama kota tuanya.”
Malam itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memenuhi janjinya untuk hadir dalam perayaan jelang Tahun Baru Imlek di Lasem. Semua orang tahu perayaan ini terhitung bersahaja untuk ukuran pejabat provinsi yang bertakhta di Jawa Tengah.
Ganjar datang dengan mengenakan batik berwarna merah bercorak naga. Dalam pidatonya, dia mengharapkan agar warga Pecinan Lasem berpartisipasi menjaga kebersihan lingkungan untuk mendukung Lasem sebagai kota wisata. Dia juga meminta Kabupaten Rembang untuk segera menata kawasan Kota Tua Lasem. “Kita bangun Lasem menjadi kota wisata,”ujar Ganjar.
Usai gubernur menyampaikan harapannya, terbit senyum dan semangat di setiap wajah tamu yang hadir. Untaian kata-kata penyemangatnya seolah menyihir semua warga Pecinan Lasem.
Kemudian, Rudy Hartono memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan kenang-kenangan berupa majalah National Geographic Indonesia dan National Geographic Traveler edisi Februari kepada Gubernur Jawa Tengah itu.
Ganjar menjabat tangan saya dengan erat, sembari berpesan, “Setelah ini tulis tentang kota tua Semarang ya Mbak?”—sebuah pesan yang juga terulang lewat akun Twitter-nya. Inilah peristiwa yang melekat di hati saya.
Malam jatuh kian dalam, kembang api dan petasan menyala menandai dimulainya sembahyang kepada dewa-dewa. Sembahyang selesai tepat pada saat pergantian hari. Umat yang bersembahyang saling bersalaman, “Kionghi! Kionghi! Selamat Imlek.”
Simak kisah "Corong Candu di Tepian Jawa" lewat http://ngi.cc/f8w , dan simak juga kisah "Terbit Rindu pada Bekas Kota Candu" berikut dengan peta melancong Lasem lewat http://ngi.cc/xn. Jika Sahabat gemar melancongi budaya pecinan Nusantara, bersiaplah tertular virus "Kesengsem Lasem". Sampaikan segala hal tentang bekas Kota Candu itu lewat media sosial dengan tagar #KesengsemLasem.