Perjalanan Hidup K'tut Tantri Segera Difilmkan

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 18 Februari 2016 | 19:30 WIB

Di pedalaman tanah para dewata, demikian kisahnya, dia disambut baik oleh Raja Bangli Anak Agung Gede dan anak lelaki semata wayangnya yang bernama Anak Agung Nura. (Tampaknya Tantri sengaja mengaburkan nama sejati kedua tokoh itu). Sang Raja mengangkatnya sebagai anak keempat, dan memberinya nama K’tut. Dia menetap di Bali sejak 1934 hingga jelang kedatangan Jepang.

Di Morrissey, penulis novel asal New South Wales, Australia. Di pernah berniat membeli hak pembuatan film Revolt of Paradise pada 1980-an, namun K'tut Tantri tak menanggapinya serius. Kini dia tengah merampungkan naskah untuk film yang tertunda tentang K'tut Tantri. (Jace Armstrong/Wikimedia)

Setelah Jepang takluk kepada Sekutu, Tantri bergabung dengan Bung Tomo dalam Radio Pemberontakan. Pada November 1945, Tantri dengan lantang mengucapkan pidato berbahasa Inggrisnya di muka mikropon, sementara bom dan peluru mortir berjatuhan dengan dahsyatnya di keliling pemancar radio pemberontakan.

Setelah bertugas di Radio Pemberontakan, Tantri bergabung dengan pemerintah Republik di Yogyakarta sebagai penyiar Voice of Free Indonesia selama 1946 hingga awal 1947.Tantri juga bertugas mengemban misi rahasianya ke Singapura.

Pada November 1998, pemerintah Indonesia mengganjar Bintang Mahaputra Nararya kepadanya atas jasanya sebagai wartawan sekaligus pegawai Kementerian Penerangan pada 1950. Dia wafat pada Minggu malam, 27 Juli 1997, di sebuah panti jompo pinggiran Sydney, New South Wales.

“K’tut merupakan seorang patriot sejati dan dia mencintai Indonesia,” ujar Di. K’tut Tantri pernah mewasiatkan sebuah yayasan untuk menyiapkan pemuda-pemudi Bali dalam industri pariwisata, demikian menurutnya. “Sebagian keuntungan dari produksi film ini akan mewujudkan bahwa wasiatnya berbuah kenyataan.” 

Di Morrissey sohor sejak penerbitan novel pertamanya berjudul Heart of the Dreaming pada 1991, yang laris manis untuk publik Australia. Sampai hari ini, setidaknya ada dua lusin karya novel yang telah ditulis Di. Perempuan itu juga mendirikan The Golden Land Education Foundation dan menggalang dana untuk sebuah sekolah yang dia bangun di kawasan terpencil dekat Mandalay, Birma. Pada 2015, Di menerbitkan The Manning Community News, sebuah surat kabar kawasan kediamannya di Manning Valley, New South Wales.

“Saya senang sekali mengetahui Anda sedang menulis tentang K’tut Tantri, dialah pahlawan Indonesia yang sejati,” ungkap Di kepada saya.