Kota Smirna di Turki, Bukti Megahnya Peradaban Yunani Kuno di Asia

By Galih Pranata, Minggu, 12 Desember 2021 | 08:00 WIB
Keindahan lorong bangunan di kota tua, Smirna, Turki. (Viaurbis)

Nationalgeographic.co.id—Smirna pernah menjadi salah satu kota Yunani kuno dan termasyhur di era Helenistik. Ia tercatat sebagai salah satu pusat utama permukiman padat Yunani di Anatolia barat.

Smirna terletak di titik strategis di pantai Aegea Anatolia, sisa-sisa kota tertua, kemungkinan didirikan oleh masyarakat adat, berada di dalam kota yang sekarang disebut Izmir (Ismir), Turki, bagian Asia Kecil.

Smirna pertama kali menjadi terkenal selama Periode Archaic, sebagai salah satu permukiman Yunani kuno terbesar dan utama di Anatolia barat. Perkembangan kedua kota terjadi ketika mencapai status metropolis selama Kekaisaran Romawi.

Smirna kuno didirikan pada sekitar abad ke-11 SM, pertama sebagai pemukiman Aeolian, dan kemudian diambil alih dan dikembangkan selama Periode Archaic oleh Ionia.

Smirna juga pernah memiliki kuil yang didedikasikan untuk Athena dan merupakan kediaman penyair epik Homer. "Dibangun kembali selama era Helenistik, itu berkembang selama beberapa waktu," tulis Claus.

Patricia Claus menulisnya kepada Greek Reporter, artikel yang menjelaskan tentang kota kuno Smirna, berjudul The History of the Ancient Greek City of Smyrna. Artikelnya dipublikasi pada 11 Desember 2021. 

Smirna tercatat sebagai pusat kebudayaan Armenia dan Yunani selama bertahun-tahun, bahkan setelah pendudukan Turki di daerah itu berabad-abad kemudian.

Baca Juga: Penemuan Patung Hygieia, Dewi Kesehatan Dalam Mitologi Yunani di Turki

"Ia adalah bagian dari pusat komersial dan kebudayaan di Asia Kecil, sampai kehancurannya yang menghancurkan kota dengan dahsyat pada tahun 1922 saat dikuasai oleh orang-orang Turki," tambahnya.

Pada hari yang menentukan di bulan April 1922, kehadiran orang-orang Yunani di Smirna berakhir. "Banyak dari warisan sejarah mereka di Asia Kecil (sekarang Turki, Asia) terhapus dari peta," imbuhnya.

Legenda mengatakan bahwa kota Smirna mendapatkan namanya dari Amazon eponymous bernama Smyrna, yang juga merupakan nama lain dari kota Efesus. Dalam prasasti dan koin, nama tersebut sering ditulis sebagai (Zmrna), dengan (Zmyrnaîos, yang berarti dari Smirna).

"Nama Smirna mungkin juga diambil dari kata Yunani kuno untuk zat aromatik mahal yang dikenal sebagai mur, smrna—yang merupakan ekspor utama kota pada zaman kuno," lanjutnya.

Wilayah ini dihuni setidaknya pada awal milenium ketiga SM, atau mungkin bahkan lebih awal, seperti yang disarankan oleh temuan yang dibuat dalam penggalian sejak tahun 2005. 

Reruntuhan peradaban Yunani Kuno di Kota Smirna, Izmir, Turki. (Georges Jansoone/Wikimedia Commons)

Pemukim Yunani Aeolia awal di Lesbos dan Cyme, berkembang ke arah timur, menduduki lembah Smirna. "Itu adalah salah satu konfederasi negara-kota Aeolian, menandai perbatasan Aeolian dengan koloni-koloni Ionia," ungkap Claus.

Sebuah benteng militer yang kuat dibangun di pusat kota, kemungkinan besar dibangun oleh orang-orang Ionia Smirna untuk memimpin lembah Nymphi, yang reruntuhannya masih megah sampai saat ini.

Menurut Theognis, yang menulis pada tahun 500-an SM, tidak lain adalah dosa kesombongan yang menghancurkan peradaban di Smirna. Sejarawan kuno, Mimnermus, menyebut juga tentang degenerasi yang terjadi pada zamannya.

Ketertinggalan Smirna, dimanfaatkan oleh Kerajaan Lydia (kompetitor Smirna). "Raja Lydia Alyattes, yang hidup dari tahun 609–560 SM dan merupakan ayah dari Raja Croesus, menaklukkan kota itu dan menjarahnya," sambung Claus.

Reruntuhan kuil masih berada di puncak gunung. Dinding yang dibangun di bawah Lysimachus melintasi puncak bukit ini, dan akropolis menempati bagian paling atas.

Baca Juga: Penampakan Topeng Besi Kavaleri Romawi yang Dipakai 1.800 Tahun Lalu

"Pada 133 SM, ketika raja Attalid terakhir, Attalus III, meninggal tanpa ahli waris, wasiatnya menganugerahkan seluruh kerajaannya, termasuk Smirna, kepada Romawi," imbuhnya. 

Serangan besar-besaran Utsmaniya, meruntuhkan peradaban Yunani di Smirna. "Ibnu Batuta menemukan sebagian besar masih dalam reruntuhan ketika kepala suku homonim Beylik dari Aydn menaklukkannya sekitar tahun 1330 dan mengangkat putranya, Umur, sebagai gubernur," tambahnya lagi.

Yunani yang telah lama hancur, setidaknya masih membekas dalam ingatan dan kebudayaan di Smirna. "Pengaruh Yunani yang sudah berlangsung lama, masih begitu kuat di daerah itu sehingga orang Turki menyebutnya Smirna orang-orang kafir,” pungkasnya.