Eksekusi Gajah, Metode Hukuman Mati Era Kuno yang Mengerikan

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 13 Desember 2021 | 15:00 WIB
Penghukuman mati oleh gajah. (Wikimedia Commons)

 

Nationalgeographic.co.id—Eksekusi dengan gajah adalah metode umum hukuman mati di Asia Selatan dan Tenggara, khususnya di India. Ketika itu gajah digunakan untuk menghancurkan, memotong-motong, atau menyiksa tawanan dalam eksekusi publik.

Hewan-hewan itu terlatih dan serba bisa, mampu membunuh korban dengan segera atau menyiksa tawanan secara perlahan dalam waktu yang lama. Paling sering digunakan oleh bangsawan, gajah digunakan untuk menandakan kekuatan absolut penguasa dan kemampuannya untuk mengendalikan hewan liar.

Pemandangan gajah yang mengeksekusi tawanan membuat ngeri dan menarik minat para pelancong Eropa, dan dicatat dalam berbagai jurnal kontemporer dan catatan kehidupan di Asia. Praktik tersebut akhirnya ditindas oleh kerajaan-kerajaan Eropa yang menjajah wilayah tersebut pada abad ke-18 dan ke-19.

Meskipun terutama terbatas di Asia, praktik ini kadang-kadang diadopsi oleh kekuatan Barat, seperti Roma Kuno dan Kartago, terutama untuk menghadapi tentara yang memberontak.

Gajah telah memainkan sejumlah peran penting dalam sejarah manusia. Dalam beberapa budaya, gajah adalah makhluk yang dihormati. Dalam agama Buddha, misalnya, mimpi nyata tentang ibu Buddha yang meramalkan kehamilannya memiliki seekor gajah putih di dalamnya.

Budaya lain menggunakan kekuatan dan kekuatan besar gajah dalam pertempuran, atau untuk proyek konstruksi besar. Ada banyak contoh kegiatan ini – mulai dari penyeberangan Hannibal di Pegunungan Alpen dengan 34 gajah Afrika pada 218 SM, hingga penggunaan makhluk ini dalam pembangunan Angkor Wat pada abad ke-12. Namun, mungkin kurang diketahui bahwa gajah juga digunakan sebagai algojo yang mematikan.