"Contohnya begini, di Candi Panataran itu di candi induknya, itu ada relief tentang Ramayana dimana Hanoman sedang menyelamatkan Dewi Sinta yang diculik di kebunnya Rahwana," terang Heri.
"Di istu, di Candi Panataran tadi, ada relief yang dipahat dengan dibikin patah. Kalau kita berpikir ini kenapa ya dibikin patah? Ini kenapa kok begini? Kalau kita identifikasi langsung kita akan kesulitan karena kemungkinan-kemungkinan banyak sekalis. Bahkan sampai tingkat kelas dikotil [atau monokotil] nih cuma seperti itu, di tingkat suku tidak bisa."
Maka, seorang ahli sekalipun harus membaca kembali kitab Ramayana, yang kemudian terungkap bahwa pohon patah dalam relief ini adalah pohon Asoka. Pohon itu patah karena Hanoman bergelantung dari satu pohon ke pohon lain demi menerobos kebun Rahwana di Alengka.
Baca Juga: Menilik Gaya Berbusana Jawa Kuno, Melalui Relief Karmawibhangga
Pada relief, tanaman bisa menjadi tanda latar tempat cerita. Jika tanaman itu merambat di mayoritas sisi candi, tandanya latar tempat cerita itu belum berubah hingga akhirnya digantikan dengan lingkungan dan tanaman yang lain.
Meski hanya gambaran relief, seorang etnobotani ternyata dapat mengetahui klasifikasi sedikit lebih rinci terhadap tanaman apa yang dipahat. Lagi-lagi, semua dipahami karena tanaman sekitar lingkungan candi itu berada.
Misal, ada pohon jenis palem yang dipahat dalam relief di Candi Sendang Duwur, Lamongan. Karena berada di dataran rendah, palem yang dipahat adalah jenis yang tumbuh di dataran rendah atau yang dekat dengan pantai. Tidak ada tanaman jenis pegunungan yang ditemukan dalam relief candi itu.
"Jadi kalau ada pertanyaan misalnya ada relief mangga nih, maka otomatis adalah mangga di sekitar candi tersebut, entah mangga apa itu, mangivera apa, pasti sekitaran situ. Pasti enggak jauh-jauh," tuturnya.
Ada pun perbedaan tanaman yang menghiasi relief di candi Jawa Timur dan Jawa Tengah yang diungkap Heri. Candi di Jawa Tengah lebih banyak relief yang menggambarkan rempah-rempah, seperti jahe, dan rimpang-rimpangan. Hanya sedikit yang seperti itu di candi Jawa Timur.
Hal lain yang perlu diperhatikan agar berhati-hati saat mengetahui tanaman, Heri menekankan, ialah muncul pula tanaman yang semestinya tidak ada di sekitar candi. Biasanya tanaman seperti itu lebih bermakna filosofis, atau suatu lingkungan lain yang diungkap pengukir relief.
Baca Juga: Upaya Para Arkeolog Menjaga Kelestarian Cagar Budaya Indonesia
Contoh tanamannya ada kalpataru, bunga padma atau lotus, dan teratai. Dia berasumsi tanaman itu adalah makna simbolis untuk keindahan untuk objek. Setting tempat ada pula yang tidak biasa dan belum dipahami begitu lanjut, seperti munculnya tanaman-tanaman kaktus hingga lingkungan bernuansa gurun dan Eropa.
Tanam menarik lainnya yang ditemui Heri adalah pepaya, yang sebenarnya adalah jenis tanaman luar Nusantara. Meski pepaya adalah tanaman tropis, pepaya berasal dari Amerika Tengah, yang berarti "tandanya introduksi pepaya sudah ada sejak lama."
Surga pun digambarkan oleh pemahat relief pada candi di bagian atap, karena melambangkan dunia atas. Biasanya relief yang menggambarkan suasana surga memiliki tanaman yang menyimbolkan religi seperti kalpataru.
Baca Juga: Jawa Timur, Sarang Tokoh-Tokoh Kebangkitan Nasionalisme Indonesia