Nationalgeographic.co.id—Perang Camarón menempati posisi penting dalam sejarah Meksiko. Perlawanan heroik 65 tentara Legiun Asing melawan dua ribu tentara Meksiko, melambangkan mentalitas Legiun Asing, yang lebih suka berjuang sampai mati daripada menyerah.
Sejarah dimulai saat Perancis melakukan intervensi Kedua di Meksiko, dimulai pada akhir 1861. "Didukung oleh golongan Konservatif Meksiko, Napoleon III ikut campur untuk menggulingkan Juárez, tetapi situasinya menjadi rumit," tulis Foreign Legion Info dalam laman resminya.
Pada bulan Februari 1863, dua batalyon Perancis meninggalkan Aljazair menuju Meksiko. seluruhnya berjumlah hampir 1.500 orang, dipimpin oleh Kolonel Pierre Jeanningros.
Di Meksiko, legiuner Resimen Asing ditugaskan untuk mendukung pasukan Prancis yang mengepung kota Puebla, untuk menggulingkan Juárez. "Konvoi ini diserang dari waktu ke waktu oleh gerilyawan Meksiko (militan tidak teratur), yang setia kepada Presiden Juárez," imbuhnya.
"Hari itu kami (pasukan Perancis) mengharapkan pengiriman sejumlah uang dalam jumlah besar: kira-kira tiga juta franc," tulis Louis Noir kepada Napoleon. Artikelnya berjudul The Mexican Campaign: The Battle of Camarón (Contemporary Account), publish pada 2021.
Pagi hari yang dingin, saat fajar mulai menyingsing, para legiun asing tengah berkumpul di kampnya, bersantai sambil menghangatkan diri dari dinginnya udara di Meksiko.
Segera api menyala, para prajurit duduk di sekitar pot mereka menyiapkan kopi pagi mereka; masing-masing menghangatkan diri saat memecahkan biskuitnya ke dalam kaleng kecilnya. Mereka mengobrol dengan gembira, meringkuk di dekat api karena angin sepoi-sepoi yang dingin.
"Tiba-tiba, teriakan naik: bersiap! Dalam sekejap semua orang berdiri, kopi mendidih jatuh, tas tertekuk, dan kompi dalam formasi pertempuran," tambahnya. Enam ratus pasukan kavaleri keluar dari jalan-jalan Palo Verde, yang sebelumnya telah didirikan kemah.
Situasinya serius. Segelintir orang dari Perancis ini memiliki sepuluh liga untuk dilindungi, di bawah api dan menghadapi serangan dari kavaleri yang jumlahnya sepuluh kali lipat dari jumlah para legiun.
"Serangan yang mengejutkan dari para tentara Meksiko. Pasukan dikerahkan untuk mengambil posisi defensif, dan kedua belah pihak mulai saling mengamati," imbuhnya. Posisi defensif agaknya berhasil, tembakan-tembakan para legiun berhasil mengenai tubuh musuh, membuat mereka tewas dalam medan pertempuran.
Para Juaris adalah pejuang yang tangguh dalam pertempuran. Mereka merancang strategi untuk memukul balik lawan-lawannya. Pertama-tama mereka mundur, menarik (pasukan) Perancis keluar dari gedung-gedung. "Begitu mereka memutuskan bahwa jarak antara kolom kami dan rumah-rumah sudah cukup, mereka berputar balik, memotong jalan, mengepung balik kompi Meksiko, dan berada dalam posisi menyerang," imbuh Louis.
Namun, pasukan Meksiko berada dalam jumlah yang sangat besar. Dengan tenangnya, para pasukan Meksiko membentuk lingkaran, sedang para gerilyawan secara perlahan mulai menyiapkan tembakan berat untuk menghabisi pasukan Perancis.
Pemimpin pasukan Perancis berusaha memecah lingkaran, namun itu tak dapat dilakukan dengan mudah, Perancis mulai diserang dengan brutal.Peluru-peluru disarangkan ke tubuh pasukan Perancis, hingga menyisakan pasukan yang sedikit dari mereka.
Skuadron memutuskan untuk mundur. "Dengan hanya tiga tentara Legiun Perancis yang selamat dari pertempuran, mereka telah menemui kekalahan yang tragis," pungkas Louis.
Meksiko menetapkan 30 April 1931 sebagai peringatan 100 tahun pembentukan Legiun Asing (meskipun seharusnya 10 Maret), dan peringatan publik resmi pertama dari epik Pertempuran Camerone atau Camarón.
Menanggapi tindakan terkenal ini, Kaisar Perancis, Napoleon III, menetapkan nama Camerone sebagai penghormatan untuk mengenang pertempuran. Hari ini, tangan kayu Kapten Jean Danjou diarak setiap tahun pada Hari Camerone di Aubagne, markas besar Legiun saat ini di Perancis.
Baca Juga: Louis Pierre dan Louis Dauphin, Priyayi Makassar dalam Legiun Prancis