Selain itu penyimpanan, pengangkutan, dan kemampuannya diprogram untuk melindungi dari berabagai varian virus corona menjadi keunggulannya. Sebab, mereka menyadari bahwa "banyak negara juga menghadapi tantangan agar bisa mendapatkan cukup vaksin untuk menyediakan dua dosis di waktu yang tepat."
Awalnya, pengembangan gagasan vaksin ini datang dari sekelompok peneliti pascadoktroal, mahasiswa pascasarjana, dan teknisi penelitian. Kemudian para peneliti ini bekerja sama dengan Ilkow dan John C. Bell yang juga bekerja di Ottawa Hospital’s Cancer Centre.
Mereka yang semula berfokus untuk mengembangkan virus untuk melawan kanker, akhirnya memutar kemudi pada COVID-19 ketika pagebluk melanda. Apa yang mereka garap, akhirnya menyadari bahwa bisa disesuaikan untuk menciptakan vaksin melawan COVID-19 yang terus berkembang.
"Ketika pagebluk melanda, semua orang ingin ikut membantu. Inilah mengapa kami masuk ke keahliannya," terang Stephen Boulton, peneliti utama studi dari Ottawa Hospital Research Institute.
"Tim kami berkembang dengan memasukkan banyak peneliti dengan berbagai bidang keahlian, dan ini membantu kami mengembangkan vaksin yang sangat kuat. Ini adalah kolaborasi yang hebat."
Baca Juga: Infeksi dan Vaksinasi Menghasilkan Antibodi Varian COVID-19 Lebih Baik
Boulton dan tim menjelaskan, bahwa TOH-Vac1 ini didasari pada strain virus vaccinia (VV atau VACV). Virus vaccinia sendiri adalah sumber vaksin cacar modern yang sebenarnya sudah digunakan oleh WHO dan aman digunakan pada banyak orang.
Pada kasus vaksin baru ini, strain virus direkayasa secara genetik untuk menghasilkan protein lonjakan SARS-CoV2. Berhubung virus yang mendasarinya bisa bereplikasi, vaksin ini dapat menghasilkan respon imun yang kuat, termasuk sel T dan antibodi.
"Kami pikir ini penting untuk pengembangan respons imun yang lebih luas dan tahan lama. Itu juga membuat vaksin relatif mudah dibuat," ungkap Bell, rekan peneliti.
Baca Juga: Kenapa Vaksin Disuntikkan di Lengan Atas, Bukan Diminum seperti Obat?
Meski demikian, karena laporan ini dipublikasikan pada Oktober, mereka baru menyantumkan empat varian SARS-CoV-2 yang harus diperhatikan, sehingga belum ada pengembangan seberapa ampuh juga dalam tes untuk varian terbaru: omicron.
"Karena kemunculan varian baru SARS-CoV-2 terus meningkat, perlu untuk menilai risiko resistensi vaksin," tulis mereka. Untuk sementara mereka menjamin vaksin TOH-Vac1 memiliki respon antibodi yang kuat dibanding vaksin lainnya saat menghadapi empat varian.
Sementara vaksin ini juga bisa menghasilkan antobodi pentralisir bila digunakan sebagai dosis booster. Tapi di sisi lain, mereka tetap menunggu uji klinis untuk bisa lanjut kepada penerapan dan distribusinya.
Baca Juga: 'Paspor Vaksin' Pertama Gara-gara Demam Kuning di Gibraltar 1800-an