Belajar dari Tragedi Nuklir Fukushima, Jerman Beralih ke Kincir Angin

By , Rabu, 16 Maret 2016 | 07:00 WIB

Jerman, negara berekonomi kuat di Eropa, saat ini mulai beralih ke penggunaan energi kincir angin. Lima tahun setelah bencana kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang, Jerman mengambil sikap tegas untuk mulai menghentikan penggunaan tenaga nuklir dan beralih ke energi terbarukan.

(Baca : Pertamina Komitmen Bangun PLTS 1.000 MW dalam Lima Tahun ke Depan)

Belum lama ini di Berlin, ibu kota Jerman, ada diskusi tentang penghentian penggunaan energi nuklir. Hadir antara lain  mantan menteri lingkungan dari Partai Kristen Demokrat (CDU), seorang wakil dunia ekonomi dan seorang aktivis lingkungan. Mereka merundingkan penggunaan pembangkit energi kincir angin, meski kadang  juga membicarakan energi nuklir.

Jerman mulai memikirkan masa depannya yang go green. Menurut Deutche Welle, hanya tinggal delapan instalasi PLTN berfungsi di Jerman dari hampir 20 lokasi. Dalam enam tahun ke depan, delapan lainnya akan berhenti beroperasi. Tidak ada kontroversi lagi di parlemen, tidak ada lagi debat besar di masyarakat.

Secara mengejutkan Kanselir Angela Merkel mengumumkan penghentian penggunaan energi nuklir setelah peristiwa Fukushima. Padahal baru beberapa waktu sebelumnya ia memutuskan untuk memperpanjang masa penggunaan reaktor. Partainya sendiri, CDU tidak diminta pendapatnya. Politisi CDU masih banyak yang marah dengan Merkel karena hal itu.

Setelah bencana Fukushima, penggunaan energi alternatif sangat digiatkan. Sekarangpun sepertiga kapasitas listrik di Jerman berasal dari sumber energi terbarukan. Saluran listrik baru dibangun di seluruh negeri, listrik yang dihasilkan dari taman pembangkit energi angin di pantai utara dialirkan ke Jerman selatan yang kaya industri.

(Baca pula : Program Indonesia Terang akan Manfaatkan Energi Terbarukan)

Subsidi tarif listrik tenaga angin dan matahari meningkatkan harga listrik, dan rakyat marah. Namun, kurang besar untuk bisa menghentikan proyek. Orang yang pesimis mengungkap kemungkinan kurangnya pasokan. Faktanya, tidak ada negara lain yang lebih terjamin pasokan listriknya dibanding Jerman.

!break!

Berubah total

Di luar Jerman, pandangan berbeda. Di banyak negara, Fukushima dianggap bencana alam. Jepang sendiri kembali memakai energi nuklir tak lama setelah bencana itu. Perancis dan AS tidak pernah memperhitungkan sama sekali untuk berhenti menggunakan energi nuklir.

Di antara negara-negara yang mempunyai tenaga nuklir, hanya Jerman yang mengambil konsekuensi sebesar itu. (Baca : Denmark Pecahkan Rekor untuk Energi Angin)

Mengubah sumber energi dengan mentalita warganya, itulah kekhasan Jerman. Namun, mentalitas warga Jerman yang mengerjakan segala sesuatu secara 100 persen atau secara total ikut berperan dalam hal ini. Kalau mau dikerjakan, harus sungguh-sungguh.

Jerman sebenarnya kurang disinari matahari. Namun, berani menginvestasikan dana besar pada instalasi listrik tenaga matahari. "Kalian serius?" tanya seorang profesor pakar energi dari Texas, AS tahun lalu, kepada pejabat Jerman.

Kekaguman juga mencuat atas mentalitas Jerman. Klaus Töpfer, pakar politik lingkungan hidup Jerman di PBB bercerita, di luar negeri, orang biasanya mengatakan, "Orang Jerman gila. Namun, kalau ada yang akhirnya berhasil, pasti itu orang Jerman."

 (Baca juga : Inovasi Surya Sediakan Energi Bersih dan Murah bagi Warga Kenya)

Pemenang Nobel Sastra dari Jepang Kenzaburo Oe mengingatkan Indonesia agar tidak menggunakan energi nuklir. Ia mengatakan, masyarakat harus sadar tentang bahaya nuklir.