Bila memerhatikan wilayah Kota dan Kabupaten Gorontalo melalui citra satelit akan terlihat danau Limboto yang sudah mulai menyempit dan wilayah kota Gorontalo yang rendah. (Baca : Danau Limboto Bocor Akibat Karst Yang Merekah.)
Antara danau Limboto dan Kota Gorontalo seakan mirip, bukan tidak mungkin di wilayah kota sebelum dihuni banyak manusia dulunya merupakan danau yang besar. Asumsi ini beralasan jika melihat citra satelit.
Sedimentasi dari sungai Bone dan Bolango diperkirakan telah menimbun “danau Gorontalo” kembaran danau Limboto. Namun hingga kini di wilayah kota Gorontalo masih ditemukan kawasan yang rendah dan berair, seperti di Kota Tengah dan Kota Utara.
Bila dikaitkan dengan mitos yang banyak beredar di masyarakat Gorontalo, ada kesamaan bahwa daerah ini pada masa lalu merupakan kawasan penuh air. Bahkan daratan yang tampak hanya gunung Tilong Kabila dan Boliyohuto, selebihnya adalah air.
Demikian juga dengan kisah-kisah pada masa kerajaan yang menceritakan jika dulu kawasan kota Gorontalo merupakan rawa-rawa, tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang masih berada di kampung Bugis. Bahkan untuk menuju masjid Hunto, masjid pertama di Gorontalo banyak masyarakat menggunakan perahu padahal sekarang kedua daerah tersebut sudah menjadi perkampungan padat.
(Baca pula : Cagar Budaya Gorontalo Rilis Temuan Lukisan Tangan Purba)
Cerita masa lalu ini seakan memperkuat dugaan jika dulunya kota Gorontalo merupakan kawasan penuh air, dan lebih lama dari itu sangat mungkin merupakan danau besar.
Menurut pengajar Geologi pada Fakultas PMIPA Universitas Negeri Gorontalo, Intan Noviantari Manyo’e, pada masa kuarter 1,8 juta tahun lalu memang ada danau besar di Gorontalo. Danau ini membentang dari kota Gorontalo saat ini hingga ke lembah Paguyaman di kabupaten Boalemo.
Pendapat ini berdasarkan pada hasil penelitian yang menyebutkan ada endapan danau dari bentang daerah tersebut.
Danau besar tersebut sekarang sudah tidak ada akibat sedimentasi dan menyisakan danau Limboto dengan luas saat ini hanya 2.500 hektar. Penyusutan danau Limboto ini tergolong cepat dan termasuk salah satu danau yang mendapat prioritas penanganan secara nasional.
Data pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930, danau Limboto masih memiliki luas 7.500 hektar. Berarti dalam 85 tahun, luas danau ini berkurang sekitar 5.000 hektar.
“Formasi endapan danau besar membentang dari Kota Gorontalo sampai lembah Paguyaman di Kabupaten Boalemo melewati kabupaten Gorontalo. Ini catatan penelitian ilmiahnya,” ujar Intan, Minggu (13/3/2016).
!break!Intan tidak berani berspekulasi terkait dugaan adanya danau kembar pada kurun masa pasca kuarter saat proses sedimentasi berlangsungpada danau besar. Ia berharap ada penelitian untuk menjawab asumsi tersebut. (Baca : Ditemukan, Kerangka Manusia Berumur 700 Tahun di Gorontalo)