Notifikasi itu memancing pengguna menyerahkan informasi personal seperti nomor telepon atau e-mail. Selanjutnya, penjahat cyber dengan mudah mengenkripsi data-data digital untuk minta biaya tebusan.
"Penjahat cyber tak lagi menakuti korban, tapi korban yang dengan sendirinya akan menyerahkan data-data digitalnya," kata Dirextor System Engineering Symantec Halim Santoso pada sela-sela paparan "Internet Security Threat Report" volume 21, di Hotel InterContinental, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Sistem operasi Apple juga kena
Mulai dari sistem operasi Android, Linux, hingga OS X untuk Mac teridentifikasi sebagai santapan crypto-ransomware. Temuan OS X tentu mengejutkan. Pasalnya, banyak yang beranggapan bahwa sistem operasi buatan Apple tersebut kebal serangan cyber.
Nyatanya, pada akhir 2015 hingga awal 2016, Apple tak kuasa menghadang serangan salah satu varian malware tersebut.
"Apple memang lebih sulit dibobol, tapi nyatanya crypto-ransomwaresudah masuk ke sana," Halim menuturkan.
Ke depan, dengan maraknya implementasi "Internet of Things", Halim memprediksi akan semakin banyak jenis malware, termasuk inovasi ransomware. Meski begitu, ia tak mematok angka prediksi yang signifikan.
"Pasti akan berlipat ganda. Makanya bisnis maupun individu harus berhati-hati mengontrol sistem keamanan data digital," ia menjelaskan.