Mencicipi Kuliner Khas Belitung Lewat Makan Bedulang

By , Rabu, 4 Mei 2016 | 10:00 WIB

Deretan nampan besar berisi makanan khas belitung telah terhidang dengan rapi, lengkap dengan kue dan teh hangat. Makan bedulang, begitu lah masyarakat Belitung menyebutnya.

Seperti banyak tempat di Indonesia yang memiliki makan bersama, Provinsi Bangka-Belitung pun memiliki tradisi yang mereka sebut Makan Bedulang. Umumnya tradisi makan ini dilakukan untuk mempererat keakraban maupun dalam gelaran acara-acara seperti pernikahan tradisional.

“Makan bersama, ambil berkahnya,” ungkap Ibu Muslimah, tokoh masyarakat Belitung yang namanya mencuat lantaran novel Laskar Pelangi.

Dulang merupakan nampan besar berbentuk lingkaran yang menjadi alas bagi beberapa piring menu makanan. Jaman dahulu, dulang terbuat dari kayu namun saat ini lazim digunakan dulang berbahan seng.

Makan menggunakan dulang tak serupa dengan makan bersama yang biasa dilakukan masyarakat India maupun timur tengah yang mencampurkan makanan pokok serta lauk dalam satu piring besar dan berbagi makanan di tempat yang sama. Pada makan bedulang setiap orang akan menggunakan piring masing-masing sebagai alas makan personal, nasi dan lauk yang tersaji diambil menurut selera. Meski begitu kebersamaan tetap di utamakan dalam prosesi makan ini.

Tak hanya terkait dengan penyajian makanan, ternyata Makan Bedulang memiliki aturan tersendiri. Para tetua mendapatkan kesempatan pertama dalam mengambil sayur dan lauk yang ada begitu pun urutan mencuci tangan. Tak disarankan untuk menggunakan sendok dan garpu saat ikut Makan Bedulang, karena harus menggunakan tangan maka mencuci tangan adalah hal yang wajib. Biasanya ada wadah cuci tangan yang digunakan bersama, pun dengan serbet sebagai pengering tangan.

Sebenarnya hampir semua makanan bisa disajikan dalam Makan Bedulang, karena esensi utama pada akan Bedulang adalah kebersamaan. Menurut Bu Mus, makan bedulang merupakan kebiasaan masyarakat Belitung saat berkumpul. Namun tetap dikarenakan tradisi yang telah melekat, umumnya makanan khas Belitung lah yang disajikan dengan bahan yang didapatkan secara lokal pula.

Dalam satu dulang terdapat beberapa jenis makanan yang akan dimakan bersama. Kali ini tersuguh dihadapan tumis pucuk iding-iding, ayam bumbu ketumbar, umbut kelapa, sate ikan, gangan daging dan tak lupa ikan bakar beserta sambal nanas. Kue Bingka atau Bingke juga tersaji terpisah sebagai makanan penutup dan teman berbincang setelah makan. Begitu pula nasi dan air minum yang disajikan diluar dulang.

Dalam satu dulang biasanya akan ada kombinasi antara sayuran, lauk dan sambal. Tumisan menjadi sayur favorit warga Belitung untuk disajikan. Tumis Pucuk iding-iding adalah tumisan pucuk dari tanaman lokal Belitung yang biasanya ditemukan disekitar rawa. Sedangkan Tumis umbut atau akar biasanya disajikan umbut kelapa namun kerap kali juga disajikan rebung.

Untuk lauk biasanya disajikan ikan, ayam dan hewan ternak lainnya. Belitung terkenal dengan laut dan pantainya, barang tentu hasil lautnya juga melimpah. Pada sajian dihadapan kami saat itu, Sate Ikan bukanlah sajian ikan yang ditusuk melainkan olahan ikan laut yang mirip dengan otak-otak. Untuk Ikan Bakar, sajiannya tak banyak menggunakan bumbu namun bila dikombinasikan dengan sambal nanas maka akan menciptakan rasa yang menggoyang lidah. Menu masak ketumbar pun tak kalah nikmatnya, biasanya ayam atau itik yang disajikan dengan bumbu ini.

Sajian gangan merupakan yang menarik dan hampir selalu menjadi pusat perhatian saat makan, maklum biasanya diletakan di tengah dulang dan menjandi sat-satunya makanan berkuah.Panganan dengan kuah kuning ini mudah sekali ditemukan di kawasan Belitung. Rupanya tak semua gangan sama, kali ini Saya mencicipi gangan daging yang dimasak dengan singkong, jenis ini disebut dengan gangan darat. Bu Mus menjelaskan jenis lainnya adalah gangan laut dengan ikan laut yang dimasak bersama nanas.

“Gangan darat bisa pakai daging, kalau ikan air tawar juga gangan darat dimasak pakai singkong,” jelas Bu Mus mengenai makanan khas Belitung  ini.

Dahulu makan bedulang hanya bisa ditemukan di acara-acara kebersamaan namun kini setelah Belitung menjadi salah satu destinasi wisata, mulai banyak rumah makan yang menyajikan berbagai menu yang disusun dalam dulang atau biasa disebut Dulang Set.

Kampoeng Ahok dan Rumah Makan Timpo Duluk adalah 2 rumah makan yang menyajikan hidangan Dulang Set kepada para tamu. Wisatawan tak harus menunggu hajatan untuk merasakan sensasi Makan Bedulang yang sarat kebersamaan.

Kampoeng Ahok, rumah panggung khas Belitung yang dibangun tepat di seberang kediaman keluarga besar Ahok di Gantung, Belitung Timur.Kemasyuran nama Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa di panggil Ahok ini juga dianggap mengangkat nama Belitung Timur sebagai destinasi wisata.

Untuk merasakan sensasi makan bersama di rumah panggung Kampoeng Ahok ini pengunjung harus memesan satu hari sebelumnya untuk persiapan dan menyiapkan uang sebesar Rp. 230 ribu. Semua masakan yang disajikan baru dimasak saat dipesan untuk menjaga kualitas. Makanan pada satu set dulang bisa dinikmati oleh 4-5 orang tergantung dengan porsi makan personal.

Kampoeng Ahok juga menjual berbagai buah tangan khas Belitung Timur seperti lada, sirup jeruk kunci terdapat pula kudapan khas Belitung seperti Berego, Pulut Panggang, Rintak. Ditengah tatanan kue tradisional terselip stoples kue kering dehan keterangan “Kue Mama Ahok” yang benar-benar dibuat oleh Ibu dari Basuki dan Basuri Tjahaja Purnama, dua orang yang pernah memimpin Belitung Timur.

Porsi lebih kecil untuk Dulang Set dapat ditemukan di Rumah makan Timpo Duluk yang terletak di Jalan Lettu Mad Daud, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Rumah makan yang berdiri sejak tahun 2013 ini juga menyajikan berbagai makanan khas Belitung yang patut di coba antara lain Nasik Gemok, Ikan Bungkus Simpor serta penyajian gangan yang unik yaitu Gangan Kelapa Muda.

Rumah Makan Timpo Duluk menempati sebuah bangunan rumah adat Melayu Belitong yang telah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya Belitung yang harus dilestarikan. Sambil menyicipi aneka panganan dalam Dulang Set, pengunjung pun disguhkan dengan pernak-pernik Belitung di masa lampau.

Kini Makan Bedulang dilakukan tak harus saat hajatan saja, esensi Makan Bedulang pun telah bertambah dari sekedar mempererat keakraban menjadi duta kuliner khas Belitung. Bermacam sayur dan lauk yang tersaji di atas dulang juga menjadi gambaran keberagaman yang ada di Belitung yang hidup dalam harmoni.