Si Manis dari Membalong

By , Kamis, 5 Mei 2016 | 12:00 WIB

Di kesempatan yang sama, Isma yang juga merupakan kakak kandung dari Isnan bercerita bahwa sarang lebah tak hanya mereka dapatkan dari rangka-rangka kayu yang mereka buat, jika beruntung mereka pun bisa mendapat sarang alami yang menggantung di dahan-dahan. Dari kualitas tak banyak perbedaan dari dua jenis sarang ini, hanya ketinggian letaknya yang sedikit berbeda. Untuk sarang buatan biasanya para petani madu akan meletakan rangka pada ketinggian 1 hingga 2 meter sedangkan sarang alami bisa didapatkan di berbagai ketinggian.

Bongkahan gula yang siap untuk dijual. (Rynol Sarmond)

Menurut kakak-beradik Isma dan Isnan, masa yang paling menguntungkan bagi petani madu adalah pada bulan Juni hingga Desember atau saat musim kemarau dimasa bunga-bunga mekar, mereka menyebutnya musim kering. Sebaliknya musim hujan atau musim basah bukanlah waktu yang tepat untuk mengambil sarang. Jika tak

“Kalau musim hujan, madu jadi banyak airnya,” cerita Isma mengenai alasan mereka tak banyak mengambil sarang lebah saat musim hujan.

Terdapat dua jenis madu yang dihasilkan para pengolah madu di Desa Air Kundur, yaitu madu pahit dan madu manis. Dia jenis ini memiliki karakteristik dan harga jual yang berbeda pula, uniknya madu pahit lah yang memiliki harga jual lebih tinggi.

“Biar kata madu pahit tetap manis rasanya,” ungkap Isnan berkelakar.

Madu pahit merupakan sebutan bagi madu yang diambil dari sari bunga Pelawan, bunga ini hanya mekar saat musim kemarau sekitar bulan Juni hingga Agustus. Khasiat madu jenis ini pun dipercaya lebih banyak dibandingkan madu manis biasa bahkan dikenal juga sebagai madu obat. Dari anti oksidan hingga masalah keperkasaan sering dikaitkan sebagai khasiat dari madu pahit ini. Tak heran harga jualnya bisa lebih dari 100 ribu rupiah perbotol berbeda dari madu manis biasa yang hanya 70-80 ribu perbotol.

Setiap kali panen, para petani madu dari selatan belitung ini bisa mendapat puluhan sarang, setiap sarang bisa menghasilkan lebih dari 20 botol madu namun manisnya hasil madu tersebut tak bisa mereka nikmati setiap saat. Maklum, hasil optomal tersebut hanya bisa bertahan selama 6 bulan dan dikala musim penghujan tiba, mereka harus pintar-pintar memilih sarang supaya kualitas madu tak turun lantaran terlalu banyak mengandung air.

Madu yang diambil dari hutan yang ada disekitar Desa Air Kundur ini diolah dengan cara diperas secara manual menggunakan tangan dan saringan seadanya supaya kotoran dan sisa sarang tak ikut kedalam kumpulan cairan kental tersebut. Tak ada campuran apapun dalam madu yang dipasarkan oleh Isnan dan petani madu lainnya dari desa ini.

Tak hanya madu yang memilili nilai jual, sisa sarang yang telah diperas pun bisa menghasilkan tambahan rupiah. Sarang yang mengandung lilin tersebut kemudian dilelehkan dan dicetak kemudian dijual ke pengepul untuk selanjutnya diolah sebagai bahan pembuat lilin, malam untuk membatik dan campuran berbagai jenis barang lainnya.

Keberadaan produksi gula aren dan madu dari Membalong ini merupakan sedikit dari kekayaan alam Belitung yang bisa dikembangkan selain tambang yang mulai ditinggalkan. Buah tangan dari selatan Belitung ini akan menjadi cerita manis semanis rasanya jika dikemas dan mampu menjamah pasar yang lebih luas dan pariwisata layak menjadi salah satu jalannya.