Riset Ilmuwan Indonesia Membuka Peluang Atasi Kecemasan dengan Teknologi

By , Minggu, 1 Mei 2016 | 17:00 WIB
!break!

Gerbang Mengontrol Kecemasan

Optogenetik yang digunakan Taruna di satu sisi berguna untuk penelitian struktur dan fungsi saraf. Di sisi lain, optogenetik juga berpeluang untuk pengobatan.

Data-data dalam riset Taruna menunjukkan, penghambatan pada area BNST bisa dikontrol. "Artinya kami sebenarnya bisa mengontrol proses stress, cemas, dan ketakutan pada subyek penelitian kami," kata Taruna.

Dalam penelitian, manipulasi kontrol kecemasan memang masih dilakukan pada hewan. Namun di masa depan, kontrol kecemasan bisa diaplikasikan pada manusia.

"Tapi itu masih jauh. Masih banyak yang harus diteliti. Banyak tahap yang harus dilalui untuk sampai uji klinis pada manusia," katanya.

Yang dibayangkan, kontrol kecemasan manusia pada masa depan akan melibatkan teknologi cahaya, teknologi nano, serta neurosains.

Perangkat kecil yang membuat sel saraf peka cahaya bisa diimplan pada manusia, dikirimkan lewat pembuluh darah dengan cara disuntikkan. 

Mungkin kontrol kecemasan terdengar mengerikan, seolah-olah seperti mampu membuat manusia hidup tanpa rasa cemas. Namun bagi orang dengan kecemasan akut, pendekatan optogenetik mungkin berguna.

Bukan cuma pada kecemasan, optogenetik digadang juga bisa menyelesaikan masalah psikiatri lain seperti depresi akut dan penyakit lain seperti Parkinson. 

Orang dengan masalah psikiatri seringkali mendapatkan stigma negatif. Optogenetik berpeluang mengatasi masalah yang menjadi sumber stigma.