Di level 4, atau yang termasuk dalam kategori ekstrim, turbulensi bisa menyebabkan pilot kehilangan kontrol, dan sulit untuk recovery.
!break!
Turbulensi tak terdeteksiKembali ke kasus Etihad EY474 dan Thai Airways TG434 di atas tadi, turbulensi yang terjadi dalam pesawat tersebut berdasar keterangan saksi penumpang, terjadi secara tiba-tiba.
"Enggak ada angin enggak ada apa, badan saya ini langsung ke angkat ke atas, kebanting berkali-kali, kepala kena atap sampai kayak mau bolong," kata Lita Herlita (42), salah seorang jemaah umroh sekaligus penumpang pesawat itu.
Keterangan penumpang itu bisa menjadi petunjuk atas peristiwa clear air turbulence (CAT), jenis turbulensi yang susah dideteksi dan terjadi secara tiba-tiba.
Turbulensi yang terjadi secara tiba-tiba biasanya terjadi di luar prediksi pilot. Ya, pilot di dalam kokpit bisa memprediksi apakah akan ada guncangan di depan dengan bantuan radar cuaca. Mereka bisa melihat gumpalan-gumpalan awan yang berpotensi menyebabkan turbulensi.
Biasanya, jika diizinkan oleh petugas pengendali lalu-lintas udara (ATC), mereka akan menghindari dengan meminta rute yang sedikit menyimpang, atau melompatinya.
Jika tidak bisa dihindari, maka terpaksa mereka akan menembus awan tersebut, dan mengingatkan awak kabin dan penumpang untuk duduk dan memakai sabuk pengaman.
Itulah sebabnya Anda sering diminta untuk duduk dan mengenakan sabuk pengaman meski penerbangan terasa biasa-biasa saja. Namun, ada jenis turbulensi yang sama sekali tidak terdeteksi oleh radar cuaca, jenis turbulensi ini disebut dengan clear air turbulence (CAT), turbulensi yang terjadi dalam kondisi cerah. Secara visual, pilot tidak bisa mengidentifikasinya.
CAT sering terjadi di area Tropopause, ruang udara antara Troposhere dan Stratosphere, yaitu ketinggian antara 23.000 - 39.000 kaki (7.000 - 12.000 meter) di atas permukaan laut.
Lapisan Tropopause ini tidak konstan atau rata secara horisontal. Perubahan temperatur dan kecepatan angin yang bergerak di antaranya membuat ketinggian lapisan itu fluktuatif.