7 Negara Kepulauan Ini Paling Terancam Perubahan Iklim

By , Sabtu, 21 Mei 2016 | 14:00 WIB

Akibat perubahan iklim yang terus berlanjut, dalam 100 tahun terakhir, permukaan air laut telah mengalami kenaikan antara 6 sampai 8 inci. Antartika telah kehilangan lebih dari 100 kilometer kubik es per tahun sejak tahun 2002. Pada tahun 2100 permukaan air laut diperkirakan akan naik sebanyak 20 inci.

Kenaikan permukaan laut pada akhirnya akan mempengaruhi seluruh planet, menimbulkan ancaman terbesar bagi negara kepulauan. Berikut adalah tujuh negara kepulauan yang paling terancam oleh perubahan iklim.

(Baca juga: Muka Air Laut Meningkat, Gerak Bumi Semakin Lambat)

Republik Kiribati

Negara kepulauan seluas 266 mil persegi yang terletak di Samudra Pasifik oini terdiri dari 32 atol dan sebuah pulau. Dengan populasi sekitar 103.000 penduduk, kepulauan atol karang ini meliputi hamparan samudera seluas Amerika Serikat.

Sebagian besar bagian negara terletak kurang dari tiga meter di atas permukaan laut. Karena itulah, penduduk Kiribati sangat khawatir akan dampak perubahan iklim.

Baru-baru ini, Presiden Anote Tong mengungkapkan bahwa kabinetnya telah mendukung rencana untuk membeli hampir 6.000 hektare tanah di Viti Levu, pulau utama Fiji.

(Baca juga: 4 Dampak Perubahan Iklim yang Terabaikan)

Pemerintah Karibati berencana untuk memindahkan seluruh penduduk dari Kiribati. “Itu bukan untuk saya pribadi, tetapi demi generasi yang lebih muda,” ujar Tong Maret lalu.

“Bagi mereka, pindah bukanlah masalah pilihan, melainkan untuk kelangsungan hidup.”

!break!

Republik Maladewa

Kepulauan Maladewa (Thinkstockphoto)

Maladewa merupakan rantai indah yang terdiri atas lebih dari 1.100 atol dan pulau di Samudera Hindia. Namun, surga ini akan segera hilang akibat naiknya permukaan air laut. Bagian tertinggi dari Maladewa tak lebih dari 2,5 meter dari permukaan laut. Hal ini membuat hampir 400.000 penduduk terancam gelombang besar dan tenggelam akibat air laut yang terus naik.

(Baca juga: Perubahan Iklim Paksa Maladewa 'Pindah' ke Australia)

Negara kepulauan ini mengalami kerusakan besar pada Desember 2004 akibat hantaman tsunami Samudera Hindia. Bencana tersebut menghancurkan pasokan air tawar dan rumah-rumah penduduk.

Selain itu, pertambangan pasir dan karang pelindung di sekitar pulau-pulau semakin membuat Maladewa rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Pada KTT Kopenhagen 2009, Presiden Mohamed Nasheed mengangkat masalah ini  sebagai isu berskala planet. “Jika negara kami tak bisa diselamatkan dari kenaikan permukaan air laut, maka mungkin tak ada harapan bagi Tokyo atau Mumbai atau New Orleans atau New York,” katanya.

Republik Fiji

Kepulauan Fiji (Niko Nomad/Thinkstock)

Pemerintah Kiribati mungkin harus memikirkan kembali rencana mereka untuk memindahkan penduduk Kiribati ke pulau-pulau Fiji, karena negara kepulauan yang terbentang seluas 7.056 mil persegi di Pasifik Selatan ini juga tengah menghadapai ancaman perubahan iklim.

(Baca juga: "Bau Laut" Ternyata Bantu Kurangi Dampak Perubahan Iklim)

Meskipun di pulau terbesar Fiji terdapat gunung setinggi 1219,2 di atas permukaan laut, pemerintah Fiji tetap khawatir akan dampak perubahan iklim. Seperti yang dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim diperkirakan akan mempengaruhi terjadinya badai ekstrim atau kekeringan.

Di tambah lagi, cuaca ekstrim di Fiji akibat perubahan iklim juga diperkirakan dapat membuat 909.000-an penduduk negara itu lebih rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh iklim ekstrim.!break!

Republik Palau

Kepulauan Palau (Howamo/Thinkstock)

Palau dan negara kepulauan lainnya baru-baru ini membentuk komite penasehat ahli untuk membawa isu kenaikan air laut ke PBB.

“Jika negara lain melihat perubahan iklim sebagai masalah ekonomi, bagi kami ini tentang keberlangsungan hidup,” kata Presiden Johnson Toribiong pada konferensi pers PBB.

Dia juga menekankan bahwa air telah naik dua atau tiga kali lebih tinggi di wilayah Palau daripada di tempat lain di dunia.

Rangkaian kepulauan seluas 190 mil persegi dengan delapan pulau utama dan 250 pulau kecil ini terletak sekitar 500 mil di tenggara Filipina. Secara geografis, negara Palau meliputi pegunungan hingga pulau karang rendah.

(Baca juga: Palau: Surga di Barat Samudra Pasifik)

Pemerintah Palau berharap PBB mampu menentukan konsekuensi hukum dari perubahan iklim melalui hukum internasional.

Palau, yang dihuni oleh sekitar 20.000 penduduk, telah menjadikan 80% wilayah maritimnya sebagai salah satu dari lima kawasan konservasi laut terbesar di dunia.

Negara Federasi Mikronesia

Salah satu pulau di negara Federasi Mikronesia. (Richard Brooks/Thinkstock)

Mikronesia terdiri dari 607 pulau yang memiliki pegunungan dan atol karang dataran rendah di Pasifik. Negara kepulauan ini terletak sekitar 1.800 mil di timur Filipina. Dengan luas 270 mil persegi, Mikronesia memiliki sekitar 107.000 penduduk.

Perwakilan Mikronesia di PBB, Masao Nakayama mengatakan pada tahun 2009 bahwa perubahan iklim tidak hanya mengancam kehidupan manusia, tetapi juga budaya.”

(Baca juga: Deoksigenasi Mengancam Lautan Dunia)

Para ahli mengatakan permukaan air laut akan naik lebih dari 1 meter dalam 90 tahun ke depan. “Bahkan, kenaikan 1 meter pun akan menghancurkan negara ini,” ujar Nakayama.!break!

Republik Cape Verde

Pantai Santa Maria di Cape Verde (Thinkstock)

Kepulauan Cape Verde terletak sekitar 300 mil di lepas pantai barat Afrika. Terdiri dari 10 pulau besar dan lima pulau kecil, Cape Verde memliki populasi sekitar 545.000 penduduk.

Pada tahun 2011, diplomat, sarjana hukum dan ahli lainnya bertemu di Columbia University Law School di New York City untuk membahas nasib Republik Cape Verde dan negara kepulauan lainnya.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah bagaimana tanggung jawab negara penghasil rumah kaca terbesar—seperti Amerika Serikat dan China—terhadap negara-negara  yang akan segera menghilang ditelan lautan.

(Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Makhluk Terbesar di Dunia "Pindah Rumah")

Duta Cape Verde, Antonio Lima mengatakan bahwa negara-negara terbesar kelak pasti akan menyesali diri saat mengalami nasib yang sama dengan negara kepulauan jika mereka terus mengabaikan krisis ini.

“Kami adalah penjaga dunia, apa yang terjadi pada kami, akan terjadi pada kalian juga nantinya,” ujar Lima.

Kepulauan Solomon

Kepulauan Solomon (Thinkstock)

Lima dari Kepulauan Solomon di Pasifik barat telah menghilang akibat naiknya permukaan air laut selama tujuh dekade terakhir, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Environmental Research Letters

(Baca: Permukaan Laut Naik, Lima Pulau Kecil di Pasifik Tenggelam)

Enam pulau lain di sana telah kehilangan lebih dari 20 persen dari luas permukaannya, memaksa penduduknya untuk pindah.

Permukaan laut di Kepulauan Solomon telah mengalami kenaikan sebesar 7 milimeter per tahun sejak tahun 1994.