Hinga kini, cyberbullying masih belum mendapatkan perhatian yang seharusnya. Padahal, menurut statistik dari i-SAFE, Harford County Examiner, dan Cyberbullying Research Center; setidaknya setengah dari anak muda pernah mengalami bullying secaraonline.
(Baca : Retweet dan Cyberbullying Masuk Kamus Oxford)
Demos, sebuah wadah pemikir terkemuka di Inggris, mencoba untuk mencari penerangan dari isu ini dengan menganalisa Twitter selama 3 minggu dan mencari kata “slut” dan “whore”, yang berarti pelacur.
Riset ini adalah kelanjutan dari hasil riset mereka di 2014 yang menemukan bahwa kedua kata tersebut mendominasi bahasa misoginis di Twitter. Lalu, dengan menggunakan alogaritme yang dibuat secara khusus, Demos berhasil memisahkan penggunaan kata “slut” dan “whore” yang agresif dengan kicauan twitter yang menggunakan kedua kata tersebut sebagai bagian dari percakapan atau diskusi.
Hasilnya sangatlah mengejutkan. Mereka menemukan bahwa di Inggris saja, 6.500 pengguna Twitter yang menjadi target 10.000 komentar misoginis yang agresif.
Selain itu, penelitian dalam skala internasional menunjukan adanya 200.000 komentar sejenis yang ditujukan kepada 80.000 dalam 3 minggu yang sama.
Lebih mengejutkannya lagi, 50 persen dari pelaku yang mengirimkan komentar misoginis tersebut adalah wanita. (Baca pula : Satu dari Lima Anak Jadi Korban “Bully” di Internet)
Menanggapi hasil yang memprihatinkan ini, Demos membawa penelitian mereka ke peluncuran kampanye Reclaim The Internet, Kamis (26/5/2016).
Kampanye tersebut bertujuan untuk melawan misoginis di media sosial melalui konsultasi publik secara online yang melibatkan perusahaan teknologi, korban cyberbullying, polisi dan organisasi-organisasi pemuda.
Misoginis adalah sikap atau prinsip membenci wanita atau anak perempuan.