Kata "retweet", "cyberbullying", dan "sexting" masuk dalam kamus Concise Oxford English Dictionary edisi terbaru. Kata-kata tersebut menambah jajaran kosakata yang dipungut dari ranah maya setelah sebelumnya sejumlah kamus juga memasukan kata "googling".
Edisi ke-12 kamus yang lahir pada 1911 ini memuat 400 kata baru dari total 240.000 kata yang ada di dalamnya, termasuk istilah-istlah dari dunia teknologi dan tren sosial.
Kamus yang kini berusia seabad ini juga memasukkan kata "woot" (biasa digunakan dalam komunikasi elektronik untuk mengungkapkan kegembiraan, antusiasme, atau kemenangan) dan "jeggings" (paduan antara "leggings" dan "jean"). Ada juga "marconigram" (pesan nirkabel), "kinematograph" (perangkat untuk menghasilkan gambar bergerak), dan "biplane" (pesawat dengan dua set sayap).
Kata "retweet" sendiri banyak dipakai di ranah maya, merupakan sebuah kata kerja yang berarti melanjutkan pesan di layanan Twitter. "Sexting" berarti mengirimkan pesan bernuansa seksual, sedangkan "cyberbullying" berarti menggunakan teknologi komunikasi untuk mengintimidasi atau mengganggu.
Kamus Concise Oxford English Dictionary disusun oleh dua bersaudara Henry dan George Fowler. Edisi pertamanya dibuat di pondok mereka di Guernsey pada 1911, memuat kata "blouse" (baju kerja berbentuk longgar terbuat dari linen) dan "frock" (jubah biarawan). Kata-kata baru kemudian ditambahkan seiring perkembangan zaman. Pemilihan kata dilakukan dengan memungut kata-kata tertentu dari situs web dan bahan tulisan lainnya, lalu disimpan dalam basis data yang memuat 2 miliar kata. Kosa kata yang dimasukan dalam kamus adalah kata-kata yang diyakini sering muncul di berbagai sumber.
"Begitulah cara kerja sebuah kamus," kata Angus Stevenson, editor kamus Oxford. "Kami mengumpulkan bukti sebanyak mungkin sehingga kami tahu bahwa kata tersebut tidak hanya digunakan oleh segelintir orang dan tidak akan musnah. Jadi tidak ada diskusi panel para menteri kabinet atau semacam itu untuk menentukan kata-kata baru."
Internet dan media sosial punya pengaruh besar dalam kemunculan kata-kata baru dan menyebarkannya dengan cepat. "Sebagai contoh, woot. Saya pribadi tidak menggunakannya, tapi itu tak jadi soal. Awalnya seseorang bersorak di Facebook, lalu teman mereka melihatnya, dan kata itu menyebar," papar Angus.
Angus menambahkan bahwa kata-kata baru mencerminkan masyarakat dan pada zaman apa mereka dimasukkan dalam kamus. "Kami pernah memasukan 'surveil', sebuah kata kerja yang berarti menetapkan seseorang atau suatu tempat di bawah pengawasan. Masyarakat kita pastinya makin teramati dan terawasi, orang-orang memang merasakan itu, jadi ini sebuah kata yang biasa untuk masa kini," ujar Angus.
Penulis | : | |
Editor | : | Yunanto Wiji Utomo |
KOMENTAR