Nationalgeographic.co.id—Menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh para ilmuwan, mikroba kecil yang menyemburkan gas beracun telah membantu menyebabkan dan memperpanjang kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi.
Pemanasan yang ekstrem yang terjadi pada akhir Permian telah memberikan dampak perubahan besar dalam siklus biogeokimia laut dan kelayakhunian hewan. Perubahan ini mengakibatkan kepunahan metazoa terbesar dalam sejarah Bumi. Namun, mekanisme penyebab kepunahan yang konsisten dengan berbagai catatan proksi kondisi geokimia melalui interval belum ditentukan dengan pasti.
Sebelumnya, para ilmuwan berpikir dan yakin bahwa gunung berapi Siberia yang memuntahkan gas rumah kaca berperan dalam mendorong peristiwa kepunahan massal sekitar 250 juta tahun yang lalu, pada akhir periode Permian. Gas-gas tersebut menyebabkan pemanasan ekstrem, yang pada gilirannya menyebabkan 80% dari semua spesies laut, serta banyak spesies darat, menjadi punah.
Hingga saat ini, para ilmuwan belum bisa menjelaskan secara pasti bagaimana panas menyebabkan kematian tersebut. Sebuah studi baru yang dipimpin ilmuwan dari UC Riverside telah diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience pada 28 Oktober 2021 dengan judul End-Permian marine extinction due to temperature-driven nutrient recycling and euxinia. Studi ini menunjukkan bahwa panas telah mempercepat metabolisme mikroba, sehingga menciptakan kondisi yang mematikan.
"Setelah oksigen di laut digunakan untuk menguraikan bahan organik, mikroba mulai 'bernapas' sulfat dan menghasilkan hidrogen sulfida, yaitu gas yang berbau seperti telur busuk dan beracun bagi hewan," kata Dominik Hülse, pemodel sistem UC Riverside Earth.